Rabu, 29 Mei 2013


The Last Day in Bali

Hari ini adalah hari terakhir saya di Pulau Dewata, mengingat jam bus yang akan membawa saya pulang kembali ke Bandung baru berangkat pada pukul 11 siang, maka saya memutuskan meminta Bli Surya dan Wawan untuk jalan ke Tanah Lot karena mengingat lokasinya yang relatif cepat untuk di tempuh. Kami berempat, yakni Bli Surya, Wawan, Furqan dan saya, untuk menuju kesini kami berjalan menuju ke utara Pulau Bali, kurang lebih satu jam perjalanan dari Denpasar.

Tiket masuk ke Tanah Lot yakni sebesar Rp. 15.000 per orang dan motor Rp. 5.000

                                            
                                        

Gapura meuju ke Pantai Tanah Lot


Tanah Lot berasal dari kata tanah yang berada di laut, sebutan ini memang sangat pas dengan pemandangan tanah lot, di atas karang itu ada sebuah Pura yang menjadi tempat favorit untuk menikmati sunset bali yang indah, Tanah Lot sendiri mempunyai sejarah yang menarik untuk di telusuri, konon pada masa lampau ada seorang bangsawan yang bernama Hyang Dwi Jendra beliau sangat dihormati raja dan para penduduk, dia menjadi guru spiritual yang banyak mengajarkan tentang kemakmuran dan tentang masalah-masalah yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari              
                                      


Di dekat pasar Tanh Lot




Selain itu juga beliau juga terkenal dengan sebutan Dharma Yatra, banyak sebutan utntuk dirinya, di daerah Lombok sendiri beliau mempunyai sebutan Tuan Semeru yang bisa diartikan guru dari gunung Semeru, beliau datang ke Bali pada abad ke-15, beliau sangat di hormati dan disegani tak terkecuali raja yang berkuasa saat itu yaitu Raja Dalem Waturenggong sangat menaruh hormat pada beliau, selain mengajarkan dharma beliau juga membangun tempat ibadah, sedangkan sejarah adanya pura di atas batu karang berawal saat beliau mengajarkan ajaran dharma saat itu beliau melihat sinar suci dari arah ternggara dan beliau menemukan mata airdan tak jauh dari mata air itu beliau menemukan karang yang berbentuk burung beo besar yang di sebut Gili Beo, gili dalam bahasa Bali berarti batu karang dan beo berarti burung jadi bisa diartikan batu karang yang berbentuk burung beo.



Setelah penemuan itu akhirnya beliau mebangun tempat untuk meditasi dan tempat pemujaan untuk dewa laut, beliau juga mengajarkan ajaran-ajaran untuk para penduduk sekitar yang pada saat itu menganut monotheisme, lambat laun ajaran dharma beliau bisa mengubah ajaran yang mereka anut selama ini dan mengusir Dang Hyang Niratha yang selama ini memimpin penduduk itu, dang hyang niratha tidak tinggal diam dengan pengusiran itu dengan kekuatan spiritualnya dia memindahkan batu karang itu ketengah laut guna menghalangi para penduduk desa yang mengejarnya dan dengan selendangnya di ciptakan ular-ular sebagai pelindung tempat itu.

                                   


                                     
Pantai Tanah Lot

Sebelum pergi dang hyang niratha memberikan keris yang di beri nama Ki Baru Gajah yang terkenal keampuhannya dan kesaktianya, saat ini keris itu di simpan di puri Kediri dan untuk menghormati dan mengenangnya setiap 210 tahun sekali di tempat ini diadakan acara Upacara Plodalan dan pada hari besar kuningan para penduduk akan berjalan 11 KM pulang pergi menuju pura luhur pekendungan 300 KM dari Pura Tanah Lot.
Tanah Lot sekarang ini menjadi salah satu tempat favorit para wisatawan baik itu mancanegara dan domestik, laut disekitar tanah lot memang besar ombaknya sehingga para pengunjung memang harus berhati-hati dan satu lagi jika berkunjung ke tempat ini harus berpakaian sopan dan tidak berkata-kata kotor, apalagi melakukan perbuatan yang tidak senonoh karena tempat ini merupakan tempat yang dianggap suci dan keramat.




Pantainya cukup tenang airnya, dan cukup asri, yang menjadi daya tarik adalah ular yang menjaga Pura Tanah Lot, untuk melihat ular ini kita di mintai sumbangan sukarela untuk makan ular dan sang pawang
                                     

Salah satu spot di Tanah Lot


Holly Snake yang di percaya oleh masyarakat sekitar sebagai penjaga Pura Tanah Lot

Ular ini berdasarkan cerita si pawang dipercaya sebagai penjaga pura tanah lot, dan ular ini ketika air pasang di biarkan berkeliaran begitu saja tetapi anehnya ular ini akan kembali kelubangnya apabila air sudah surut.


Salah Satu Toko Cinderamata  

Mengingat saya belum membeli oleh-oleh utnuk keluarga saya juga mampir ke toko Agung Bali yang ada di depan kompleks Tanah Lot ini, saya membeli kopi Bali seharga Rp. 20.000 per 100 gr nya juga membeli beberap souvenir dan accesories untuk keponakan-keponakan saya start dari harga Rp. 5.000 cukup terjangkau bukan?


Toko Agung Bali







Prasasti peresmian Pura Agung Tanah Lot oleh Presiden Megawati

Setelah puas melihat Tanah Lot, maka kami putuskan untuk kembali ke Denpasar, mengingat bus saya akan berangkat pada pukul satu siang, tetapi sebelum kami pulang kami sempat mampir untuk makan nasi campur khas Bali yang membuat saya penasaran, karena kata Bli Surya kalau kita mengunjungi Bali tetapi tidak makan nasi campur maka kita belum ke Bali, namun nasi campur ini bagi umat Muslim tidaklah halal, karena mengandung daging babi, harga seporsi nasi campur kplit adalah Rp. 38.000 cukup lumayan terjangkau karena dagingnya lumayan banyak dan rasanya kalau saya boleh meminjam istilah Pak Bondan itu TOP MARKOTOP, Maknyussssss.



Nasi Campur dekat Tanah Lot

Selesai makan maka saya diantar menuju ke terminal Ubung untuk berangkat ke Pulau Jawa kembali, berat rasanya berpisah dengan teman-teman yang masih akan eksplore Bali, tetapi mengingat waktu liburan saya sudah habis, dan masih harus menyelesaikan tugas kantor maka saya putuskan untuk pulang lebih dulu, saya putuskan untuk membuang tiket pulang saya yang sudah saya pesan dan memutuskan pulang dengan bus, meskipun saat tu saya naik Bus Kramat Djati dengan harga yang hampir dua kali lipat di banding hari biasa, karena saya membelinya on the spot langsung, yakni sebesar Rp. 550.000, tetapi busnya cukup nyaman hanya ada 32 orang penumpang dalam satu bus besar ini.


Pemandangan laut bali dari atas ferry


Bus Kramat Djati yang membawa saya pulang sampai Bandung

Perjalanan kurang lebih saya tempuh selama tiga puluh enam jam dan akhirnya sampai di Bandung kembali dan siap untuk bekerja demi selembar tiket liburan kembali. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar