Sabtu, 18 Mei 2013

Backpacker Ke Jogja dan Jawa Tengah Bagian 7

Backpacker Ke Jogja dan Jawa Tengah Bagian 7
(Keraton Surakarta)

Setelah puas berkeliling di Jogja dan sempat mampir ke Ambarawa maka tujuan saya selanjutnya adalah mengunjungi Solo, tujuan saya ke solo adalah tidak lain untuk mengunjungi Keraton Surakarta dan juga untuk beribadah di GBI Keluarga Allah yang terkenal dengan gereja gerakan kelompok selnya. Hari ini bertepatan dengan hari raya Idul Fitri bagi umat muslim, tetapi memang versi Muhamadiyah, karena mayoritas penduduk kota Yogyakarta adalah penganut muslim Muhamadiyah, saat itu memang terjadi kekacauan dalam penentuan tanggal 1 syawal, jadi ada sebagian yang sudah melakukan salat ied ada yang sebagian belum.

Dari Jogja saya naik kereta Parameks, kereta ini melayani rute Jogja-Solo dan Solo-Jogja mulai dari jam 05.31- 18.20 terakhir dari Solo-Jogja. Saya pun memilih melakukan perjalanan yang jam 7.30 dari Stasiun Lempuyangan, mengapa saya memilih berangkat pagi mengingat saya ingin mengeksplore kota Solo secara keseluruhan dalam satu hari. Perjalanan saya memakan waktu kurang lebih satu jam dan tiba di Stasiun Solo Balapan pada pukul 8.30, tujuan saya yang pertama tentunya yakni Keraton Surakarta yang merupakan saudara dari Keraton Jogjakarta, dari Stasiun Solo Balapan saya yang tidak mengerti dengan jalan di kota Solo akhirnya saya memutuskan untuk naek becak, namun ternyata becak disini lebih mahal tarifnya di bandingkan di Jogja, saya diminta 40 rebu dari stasiun ke dua tempat yang saya ingin kunjungi yakni GBI Keluarga Allah dan tentunya Keraton Surakarta tadi, namun ternyata jarak keduanya itu cukup dekat, ya saya tertipu di kota dimana yang menurut orang banyak cukup ramah penduduknya tapi saya tertipu dengan oknum tukang becak yang nakal, ya tapi saya berpikir gak apa-apa hitung-hitung berbagi rejeki.

Tujuan pertama saya adalah GBI Keluarga Allah yang terletak di Jl. Sutan Syahrir No. 88 Daerah Widuran, Saya sempat mau mampir ke dalam GBI Keluarga Allah untuk mengikuti mezbah doa yang biasa di adakan pada pukul 10.00, tapi berhubung saya ke sana bertepatan pada saat hari raya idul fitri maka gereja dan sekretariat pun di liburkan, alhasil saya hanya bisa bertemu dengan satpamnya, ya ga apa-apa lah untuk menghibur hati saya hanya berfoto di depan GBI Keluarga Allah (sebagai bukti saya pernah berkunjung hehehhehee). Bahkan saat itu pun pak Pdt. Obaja Tanto Setiawan sedang ke Israel untuk ziarah.


GBI Keluarga Allah Solo

Setelah dari GBI Keluarga Allah saya langsung melanjutkan perjalanan ke Keraton Surakarta, atau dalam bahasa Jawanya adalah Karaton Surakarta Hadiningrat. Keraton ini di dirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 atau sebelum Keraton Jogja berdiri sebagai pengganti Istana Kartasura yang porak poranda pada tahun 1743 akibat peristiwa Geger Pecinan dan pada 1755 keraton ini menjadi istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Keraton Surakarta juga menjadi tempat tinggal resmi bagi sunan dan keluarganya yang masih menjalani tradisi monarkhi di keraton ini.Seperti halnya juga Keraton Yogyakarta, keraton Surakarta ini juga menjadi museum untuk menyimpan barang-barang bersejarah zaman dahulu kala milik kasunanan, termasuk beberapa hadiah dari raja-raja eropa dan ethiopia dan juga ada beberapa replika benda bersejarah Keraton. Dari segi bangunan Keraton ini juga menjadi arsitektur yang terbaik bagi rumah jawa.

Salah satu arsitek keraton ini adalah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuono I, yang kemudian menjadi raja di keraton Jogja, maka tidak heran jika kedua bangunan Keraton ini pun memiliki beberapa kesamaan karena memang di arsiteki oleh satu orang yang sama. Bangunan Keraton yang sekarang dapat kita saksikan adalah hasil dari renovasi besar-besaran dari Susuhunan Paku Buono Xyang bertahta pada tahun 1893 - 1939 dan sebagian besar bangunan ini berwarna biru dan dengan gaya arsitektur eropa bercampur dengan jawa. Untuk masuk ke keraton Surakarta kita hanya di kenakan tiket sebesar Rp. 4.000. Untuk memasuki keraton ini kita tidak boleh menggunakan celana pendek dan juga harus melepas alas kaki.



Patung Pakubuwono VI yang berada di depan pintu masuk

Secara umum pembagian ruang keraton di bagi menjadi enam bagian yakni Komplek Alun-Alun Utara, Komplek Sasana Sumewa, Komplek Sitinghil Lor, Komplek Kamandungan Lor, Komplek Sri Manganthi Kidul, Alun-Alun Kidul,


Ruang Utama Keraton

Hamparan pasir yang ada di sekeliling keraton ini konon adalah pasir dari pantai selatan yang terkenal dengan mitos Nyi Roro Kidul nya.


Saya berfose di depan ruang pendopo


Kursi yang dulu sempat digunakan Kasuhunan Pakubuwono V untuk menerima tamu kerajaan.


Foto Sultan Pakubuono dari yang ke I - saat ini


Gamelan yang menjadi khas Surakarta


Silsilah Dinasti Kerajaan Mataram


Patung pemberian dari Raja Romawi yang saat ini menghiasi salah satu taman di dalam kerajaan.


Peralatan upacara


Patung yang sama seperti yang di taman yang juga di berikan oleh Raja Romawi


Maket Keraton Surakarta

Akhirnya setelah puas melihat-lihat keraton Surakarta saya pun kembali menuju Jogja. Sungguh bangga saya menjadi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan juga alamnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar