Senin, 09 Juni 2014

Surabaya : Mengunjungi Sahabat sekaligus Explore Kota Pahlawan ini.

Surabaya : Mengunjungi Sahabat sekaligus Explore Kota Pahlawan ini.

Surabaya...Surabaya oh Surabaya kota kenangan...kota kenangan yang tak kan ku lupa...

Itulah sepenggal lagu perjuangan yang mungkin kita semua tahu, yup kali ini gw akan bercerita tentang perjalanan ngegembel gw di kota ini.
Seperti biasa gw melakukan perjalanan menuju ke Surabaya dengan kereta api dan gw beruntung karena tiketnya pas turun lagi jadi cuma Rp. 55.000.

Kereta berangkat jam 6.00 pagi dan perjalanan ke Surabaya ini memakan waktu  15 jam  serta melewati 18 stasiun akhirnya gw sampai di Surabaya pukul 21.00. Di stasiun Gubeng ini gw dah di jemput sama host gw selama di Surabaya nanti yakni Bias Ramadhan anak BPI Surabaya.

 

Rute Perjalanan Bandung - Surabaya
 





Stasiun Gubeng Surabaya

Berhubung perut dah lapar karena hanya makan nasi pecel di kereta tadi dengan porsi yang kecil, gw bilang sama Bias untuk cari makan, lalu Bias mengajak gw untuk makan Pedesan Bebek, Lumayan rasanya buat street food sih harganya Rp. 17.000 dan es kelapa seharga Rp. 4.000


Menu Pedesan Bebek

Setelah perut terisi kami berdua langsung menuju ke kost Bias untuk istirahat guna menyiapkan tenaga untuk ekplore kota Surabaya esok pagi. Kost Bias ini terletak di belakang kampus Institut Teknologi Teknologi Sepuluh November (ITS) di Jl. Sukolilo yakni di daerah Keputih Makam.


Kost Bias

Entah kenapa hari ini Surabaya begitu panas, sehingga malam ini gw gak bisa tidur, biasa penyesuaian terbiasa di daerah dingin ke kota yang cukup panas. Esok harinya kami mulai perjalanan tetapi setelah menjemput Fahmie host gw waktu di Jogja yang sampe paginya karena dia jalan dari Jogja. Setelah itu kami langsung menuju ke makam W.R Supratman yang terletak di Jl. Kenjeran  entah kenapa host gw langsung ngajaknya ke kuburan (Dalam hati gw dah tidur di kost-an deket kuburan eh pertama ekplore diajakinnya ke kuburan juga, hehehhe) Tapi kuburannya sih gak serem, Bernama lengkap Wage Rudolf Supratman adalah komposer lagu Indonesia Raya yakni lagu kebangsaan Bangsa kita cuy....  Beliau lahir 9 Maret 1903 dan meninggal 17 Agustus 1938 pada usia 35 tahun masih muda, beliau meninggal karena sakit akibat tekanan dari pihak Belanda.Makamnya sangat terawat dan cukup bagus. Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan mulai 26 Juni 1958 melalui peraturan pemerintah No. 44/1958.

 


 



Makam W.R Supratman

Selesai dari makam W.R Supratman gw melanjutkan perjalanan ke stadion Sepuluh November Tambak Sari, Stadion ini adalah markas dari klub Persebaya Surabaya.Stadion ini pernah di pake dalam laga PON saat Jawa Timur menjadi tuan rumah. Stadion ini dibangun pada tanggal 10 November 1945.

Stadion Sepuluh November

Berhubung ini adalah hari jum'at maka Bias dan Fahmie mau shalat jum'at gw bilang aja sekalian shalat di Masjid Muhamad Ceng Ho, karena memang gw tertarik dengan masjid ini karena memiliki arsitektur yang unik bentuknya lebih mirip kelenteng daripada masjid, hehehe.

Masjid ini terletak di Jl. Gading 2 atau tepatnya di belakang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, masjid ini Masjid ini juda di gunakan sebagai kantor PITI Jawa Timur. Pembangunan masjid ini dimualai pada 15 Oktober 2001 dan di resmikan pada tanggal 13 Oktober 2002 serta di resmikan penggunaannya oleh Menteri Agama Prof. Dr. Said Agil Husin Munawar pada tanggal 28 Mei 2003 Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap 


 

 Masjid Muhamad Ceng Ho Tampak Depan

 

Lafaz Muhamad di pintu utama masjid.


Sambil menunggu Fahmie dan Bias shallat gw makan dulu di kantin masjid ini, ada satu menu khas surabaya yakni tahu tek yakni mirip dengan ketoprak tetapi ini pake bumbu petis. 


Tahu Tek


Di masjid ini juga ada yang unik yakni ada miniatur perahu Laksamana Ceng Ho ini juga yang menambah daya tarik tersendiri masjid ini. Juga prasasti visi misi PITI juga ada kita bisa liat di masjid ini tentunya dengan tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan juga Mandarin.

Masjid Muhammad Cheng Hoo ini mampu menampung sekitar 200 jama'ah. Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi. Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).

Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa. Arsiteknya Ir. Abdul Aziz dari Bojonegoro.

y


Setelah dari Masjid Ceng Ho ini kami masih melanjutkan perjalanan keliling kota Surabaya kali ini kami ke Monumen Kapal Selam  atau Monkasel, Monkasel ini  adalah sebuah museum kapal selam yang terletak di kota Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya adalah sebuah kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Indonesia yang dibuat oleh Uni Soviet pada tahun 1952. Kapal selam ini pernah terlibat dalam Pertempuran Aru Samudera untuk membebaskan Papua Barat dari pendudukan Belanda. Kapal Selam ini ini memiliki panjang 76,6 meter dan lebar 6,30 meter dan dilengkapi dengan gas uap torpedo berjumlah 12 buah.

 

Monumen Kapal Selam KRI Pasopati 410 adalah monumen pada skala penuh (bukan replika), kapal selam ini adalah salah satu dari Armada Divisi Timur. Konstruksi monumen dimulai pada bulan Juli 1995, pertama ditandai dengan Gubernur Jawa Timur, Bapak Basofi Soedirman melakukan peletakan batu pertama untuk pondasi. Pada saat yang sama, KRI Pasopati 410 telah diiris menjadi 16 bagian di PT. PAL Indonesia. Kemudian bagian per bagian diciptakan kembali dan diletakkan di atas pondasi monumen. Monkasel resmi dibuka pada 15 Juli 1998 dan telah beroperasi sebagai salah satu objek wisata di Surabaya.  Jam bukanya adalah jam 08.00 - 20.30 dari Senin-Jum'at



Di dalamnya seperti kapal selam dalam perang ada ruang komandan, ada ruang prajurit, ada ruang makan ada juga torpedo yang bisa menembakkan sampai 4 torpedo di bagian haluan dan 2 torpedo di bagian buritannya sekali tembak. Kapal selam ini mempunyai panjang 76,6 M dan lebar 6,30 M. Kapal Selam ini biasa di awaki oleh 63 awak.




Ruang Prajurit


Teleskop


Ruang Torpedo Buritan




Di monumen kelapa selam ini juga ada videorama yang memutarkan dokumenter dari bahari Indonesia dan juga perjuangan TNI Al khususnya di Surabaya. Juga ada kolam renang untuk anak-anak dan di tempat ini juga ada ruang serba guna yang bisa di pakai untuk beberapa kegiatan.

 


 

Videorama dan gedung serba guna di Monkasel

Setelah selesai menonton video perjuangan Angkatan Laut Indonesia di Videorama maka kami memutuskan untuk menghabiskan senja di Kalimas.



Tidak jauh dari tempat ini juga ada taman skater yang unik di sini ada miniatur patung Suroboyo yang menjadi maskot kota Surabaya.


Miniatur Tugu Suroboyo

Dan kali ini Bias kembali menantang kami untuk makan pedas lagi yakni Nasi Goreng Jancuk di Surabaya Plaza Hotel.


Tampang-tampang orang laper, heheheh




 

Nasi Goreng Jancuk ala Surabaya Plaza Hotel

Tanpa sengaja gw memesan pedes yang extra pedes walhasil nasi cuma segini di makan oleh kami berlima gak habis karena rasanya benar-benar JANCOOOOOK pedes gila.

Selesai dari sini rencananya kami pulang ke kost Bias karena sudah lumayan cape hari ini keliling Surabaya. Tapi sebelum itu kami mampir ke kantor Walikota Surabaya yakni kantornya Bu Risna.





Balaikota Surabaya

Jumat, 23 Mei 2014

Braga Festival 2013 : Momento Mori

Perhelatan Braga Festival adalah festval tahunan yang diadakan dalam rangka perayaan ulang tahun kota Bandung yang ke 203 tahun, meski awalnya ini adalah festival yang dibuat bukan untuk itu, namun oleh walikota Bandung Dada Rosada di geser tanggal pelaksanaan yang biasanya akhir tahun di geser ke bulan September. Braga Festival di adakan di Jl. Braga salah satu ruas backpacker spot di Bandung. Satu hal yang menarik dari Jl. Braga ini adalah karena Jl. Braga inilah satu-satunya jalan di kota Bandung yang menggunakan batuan andesit.

Thema kali ini adalah Momento Mori mengapa demikian karena perhelatan Braga Festival tahun ini di dedikasikan sebagai obituari untuk para seniman-seniman kota Bandung yang sudah meninggal. Hal ini di lakukan dengan mendirikan both untuk mengenang mereka. Mereka antara lain adalah Mang Koko, Nano S, Harry Roesli, Nike Ardila, Kang Ibing, Euis Komariah. Mereka adalah seniman-seniman yang membawa kesenian khas Bandung ke kancah nasional untuk itu mereka dihargai.

Dalam festival kali ini ada beberapa panggung kecil untuk setiap pengunjung yang mau ikut berpartisipasi menyalurkan rasa seninya. Juga panitia menyediakan panggung utama di mulut Jl. Braga. dan sepanjang jalan juga kita dapat menemukan beberapa jajanan khas bandung yang mungkin sudah langka.

Berikut beberapa gambar yang berhasil gw himpun, dari Braga Festival Jonathan Wijaya melaporkan (ngayal jadi reporter, hehehhehhe).

















Sampai bertemu di Braga Festival tahun ini, see u guys.