Kamis, 13 Juni 2013

Taman Hutan Raya IR. H. Juanda (Dago Pakar), Gua Jepang, Gua Belanda, dan Maribaya : Sebuah Perjalanan penuh tantangan

Taman Hutan Raya IR. H. Juanda (Dago Pakar), Gua Jepang, Gua Belanda, dan Maribaya

Sebuah Perjalanan penuh tantangan

Hi..hi..hi...
Apa kabarnya semua...
Bosan dengan rutinitas saya di kantor, maka membuat saya ingin me-refresh otak saya yang penat (jizzz bahasanya sok British), tetapi terbentur dengan waktu yang cuma bisa jalan di hari sabtu dan minggu.

Setelah bermeditasi dan berkonsultasi dengan Mbah Google kemana ya enaknya trip satu hari tetapi dapat berkesan, akhirnya Mbah Google memberi saran untuk ke Dago Pakar, memangnya ada apa di Dago Pakar? pasti semua orang berkata demikian? memang ada yang menarik disana Jo? nah buat yang penasaran ikuti posting gue kali ini ya.

Check this out ( dah kaya presenter dahsyat...... jiss perez)

Hari sabtu sebelum berangkat saya menghubungi Agus dengan spik-spik ujung-ujungnya meracuni Agus untuk trip ke Dago Pakar, akhirnya dengan berbagai tipu muslihat (jisss lebay u jo) Agus akhirnya sepakat untuk berangkat.

Jam 6.00 pagi saat ayam tetangga sudah berkokok, maka dengan ransel di gemblog (biar keren gitu keliatan kaya anak Backpacker...jiss) maka kami berdua melakukan perjalanan menuju ke Barat ( lu pikir Sun Go Kong). Kami naik motor berdua menuju ke Dago Pakar walau dengan buta jalan tetapi berkat meuruti  kata pepatah yang berbunyi " Malu bertanya sesat di kamar eh salah deng sesat di jalan" tetapi kalau kebanyakan nanya juga malu-maluin (tapi untuk kali ini kami tidak mempermalukan diri kami.... terima kasih ya Tuhan jiah apa coba u jo) lanjut akhirnya perjalanan dari kost gua yang terletak di jalan Leuwi Panjang setelah 2 jam di atas motor maka sampailah kita di Taman Hutan Raya Ir. Juanda.

Harga tiket masuknya lumayan mahal yakni Rp. 12.000 tapi gapapalah hitung-hitung udunan untuk melestarikan hutan ya gak?



Tempat Parkir Kendaraan dan Pintu masuk Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda.


 Pemandangan yang pertama akan kita lihat yakni pohon-pohon pinus (ya iyalah pohon yang bakalan gw liat, kecuali gw ke pantai baru gw nemu laut). Yang terdekat dari pintu masuk yakni Goa Jepang.


Jangan u bilang nich penampakan di Tahura Juanda ya, hehehhee

Nah pesan gua kalau ada yang mau ke Gua Jepang dan Gua Belanda peralatan yang wajib di bawa yakni senter, tetapi jangan khawatir kalau kita ke sini gak bawa senter bisa pinjam di warung depan gua atau u bisa juga sewa guide lokal yang bakalan nerangin tuh sejarah gua ini, cuma bayar goceng ya hitung-hitung beramal bro. 


Penunjuk Jalan menuju Gua Jepang

Sebenarnya Gua Jepang dan Gua Belanda adalah gua buatan yang di buat pada masa penjajahan, tentunya gua Belanda di buat pada masa penjajahan Belanda dan Gua Jepang di buat pada masa penjajahan Jepang.

Pembuatan Gua-Gua ini dengan sistem kerja paksa yang menurut si Bapa yang nemenin gw jalan gua ini di buat untuk menjadi tempat persembunyian tentara Jepang maupu Belanda pada masa itu, untuk membangun ini semua di gunakanlah sistem kerja paksa yang di berlakukan oleh nereka kepada masyarakat sekitar, dan selesai pembangunan gua ini maka semua yang terlibat dalam pembangunan ini semua di bantai agar tidak cerita kepada orang lain kalau di tempat ini ada gua (sampai sini gua merinding cuy..... kebayangkan u datang ke satu gua yang gelap dan gak tahunya itu tempat pembantaian ribuan orang).



Pintu Masuk Gua Jepang






Gapura menuju Kompleks Gua Belanda


Gua Belanda

Setelah puas mendengarkan cerita si Bapak dan juga masuk kedalam gua dan setelah merinding-merinding disco gitu akhirnya gw putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun,sebenarnya air terjun ini letaknya adalah di Maribaya, dan itu letaknya masih sekita 5 KM lagi dari Gua Belanda ini, tetapi untuk melihat suatu yang indah butuh perjuangan (kaya para pahlawan yang rela mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan Bangsa Indonesia, jisss apa lagi u jo, lebay....... apa hubungan antara u jalan sm perjuangan pahlawan) ok...ok.. lanjut akhirnya gw sampe juga di air terjunnya, tetapi ada sedikit kekecewaan sih, bayangan gw air terjunnya itu kaya di Tawangmangu yang gw bisa main air, tapi gak tahunya disini gw cuma bisa liatin tuh air terjun dari jembatan ,ya tapi gpplah demi menghibur diri mari kita foto2, hahahahah


Jembatan menuju air terjun, hanya bisa di lewati satu orang



Prasasti apa saja objek wista yang ada di dalam Tahura ini.


Jembatan air terjun itu berada.


Nah ini dia air terjunnya




Nih yang jelasnya

Akhirnya perjalanan kita selesai untuk ekspedisi kali ini (lu pikir naik gunung) kembali kami harus menempuh jalan 7 KM lagi untuk pulang, kami sempatkan makan nasi yag sangat sederhana di warung di pinggir jalan menuju ke air terjun tadi yakni nasi dengan ikan asin, tetapi berhubung kita lapar, apa pun terasa enak, hehehe cukup merogoh kocek Rp. 3.000 untuk nasi dan ikan asin murah bukan.

This my Journey, and never ending storry about journey.
Situ Patengan
Sebuah Bukti Kesetiaan Cinta

Situ Patengan atau Situ Patenggang berasal dari bahasa Sunda yang terdiri dari dua suku kata, yakni Situ yang berarti danau dan patengan atau patenggang yang berasal dari kata pateang-teangan yang berarti saling mencari.

                                         


Hamparan hijau ini yang ada di sepanjang perjalanan saya yang cukup memanjakan mata.

Situ Patenggang juga memiliki dongeng atau cerita yang jadi legenda di mayarakat Jawa Barat yakni Cinta Putra Prabu dan Putri Titisan Dewi yang besar bersama alam. Ki Santang  dan Dewi rengganis, mereka berpisah untuk sekian lama, karena cinta mereka yang begitu dalam, mereka saling mencari dan akhirnya mereka di pertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai saat ini di kenal dengan Batu Cinta. Dewi Rengganis pun minta di buatkan sebuah danau dan sebuah perahu untuk belayar, perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati yang terkenal dengan nama Pulau Asmara atau Pulau 
Sasaka.

                                         


                        Situ Patengan

                                         

Perahu yang akan membawa para pengunjung untuk sampai ke Pulau tempat lokasi Batu Cinta.



Menurut cerita ini berkembanglah sebuah mitos, yakni bagi pasangan kekasih yang ingin  hubungannya langgeng datanglah ke Situ Patenggang dan singgah di Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara senantiasa mendapatkan cinta yang abadi seperti mereka.

                                          


                  Lokasi Batu Cinta

Kita yang ke tempat ini mungkin takkan dapat melupakan keindahan yang di tawarkan oleh tempat wisata ini, bagaimana tidak kita akan di suguhi sebuah objek wisata dengan total luas 60 Ha dan di sekitarnya kita dapat lihat hamparan perkebunan teh Rancabali dan hutan pinus cagar alam Patenggang yang sangat sejuk.

                                     


              Sumpah Ki Santang kepada Dewi Rengganis

Kawasan Situ Patenggang terletak di Desa Patenggang, Kecamatan Rancabali, Kab. bandung, kawasan ini berjarak 47 KM ke arah selatan dari Pusat Kota Bandung. dari bandung, pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung meuju kawasan Situ Patenggang melewati kota Ciwidey, namun saat saya datang ke tempat ini sebagai seorang backpacker sejati maka menggunakan angkutan umum, yakni dari Terminal Leuwi Panjang saya memilih naik bus jurusan Ciwidey dengan ongkos Rp. 6.000, kemudian lanjut dengan angkot sampai masuk Situ Patenggang dengan ongkos Rp. 8.000, seperti biasa kita akan di manjakan dengan hamparan hijau kebun teh yang ada disisi kanan kiri jalan. Objek wisata ini adalah paling ujung letaknya, kita akan melewati pinu gerbang objek wisata Kawah Putih, Ciwalini.

Untuk masuk objek wisata ini kita dikenakan biaya Rp. 4.000. Saat itu saya datang sendiri ke tempat ini, untuk sampai ke pulaunya kita dapat memilih alternatif, bagi kita yang datang dengan pasangan dapat menggunakan sepeda gowes air yang berbentuk bebek, sangat romantis ya, dengan tarif sewa Rp. 50.000 rupiah untuk per 2 jam, atau bisa juga meggunakan sewa perahu beramai-ramai yang dapat memuat kurang lebih 12 orang dengan tarif Rp. 150.000 per perahu , saat itu saya memilih untuk gabung dengan rombongan dari Bogor yang kebetulan sedang berkunjung juga ke tempat ini, jadi saya cuma di kenai biaya Rp. 15.000 murah bukan?

Di depan pintu masuk kita dapat melihat kios-kios yang menawarkan komoditi khas Ciwidey apalagi jika bukan strawberry dan blackberry (eits ini bukan merek smartphone ya, tetapi nama buah sejenis strawberry namun berwarna hitam, biasanya rasanya lebih manis di banding dengan strawberry).







Demikian trip singkat saya di kota Bandung yakni di Situ Patengan. 





Selasa, 11 Juni 2013

Kawah Putih
Suatu surga di kaki Gunung Patuha


Kembali kali ini saya memposting tentang destinasi lokal di kota saya yakni Bandung tercinta, untuk kali ini saya mau berbagi pengalaman saya melakukan perjalanan ke satu objek yang cukup ternama di Bandung yakni Kawah Putih.


                                         

   Pintu Masuk menuju Kawah Putih


Kawah putih adalah sebuah danau kawah dari Gunung Patuha yang terletak di sebelah kawasan Bandung. Kawah ini terbentuk akibat  letusan Gunung Patuha pada abad ke- 10 silam. Kawah tersebut kemudian terisi dengan air hujan yang bereaksi dengan kandungn belerang yang ada sehingga membentuk kawah seperti yang kita dapat nikmati sekarang ini. Berjarak sekitar 46 Kilometer dari kota Bandung, atau sekitar 30 menit dengan kendaraan. Saat saya ke tempat ini saya naik kendaraan umum, yakni naik dari terminal Leuwi Panjang dengan jurusan Ciwidey dengan ongkos Rp. 6.000 lalu kita sambung lagi dengan angkot jurusan Kawah Putih dengan ongkos Rp. 3.000 maka kita akan sampai di gerbang Objek Wisata Kawah Putih. Sepanjang perjalanan kita akan dimanjakan dengan pemadangan kebun strawberry yang menghampar hampir di setiap jalan yang kita lewati untuk mencapai ke Kawah Putih ini, maklum daerah Ciwidey dikenal sebagai daerah penghasil strawberry.


                                          

Kawah Putih


Suhu di daerah Kawah Putih ini berkisar antara 8 derajat Celcius - 22 derajat Celcius. cukup dingin karena memang berada di kawasan gunung, yakni di ketinggian 2.400 Mdpl. Dahulu kala sebelum area ini di buka untuk umum, masyarakat setempat banyak yang mengaitkan tempat ini dengan situasi angker, hal ini di sebabkan karena banyaknya burung-burung yang mati ketika terbang diatas lokasi ini, namun hal ini di bantah oleh ilmuwan yang bernama Dr.  Wilhelm Franz Junghun. Beliau menyimpulkan burung-burung itu mati di akibatkan kandungan belerang yang banyak da kawah ini.
                                            

                                        

Pemandangan Kawah Putih secara keseluruhan 


Untuk masuk objek wisata Kawah Putih ini kita dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp. 15.000, saya sarankan untuk tidak membawa kendaraan pribadi ke tempat ini karena biaya parkirnya cukup mahal yakni Rp. 150.000. Untuk masuk kedalamnya kita bisa naik ontang-anting atau mobil yang khusus di sediakan oleh pengelola objek wisata Kawah Putih ini dengan dikenai biaya Rp. 10.000 per orang  untuk pulang pergi.

                                          

Walaupun kawah ini di penuhi dengan belerang tetapi masih dapat pohon tumbuh, satu hal yang menurut saya menarik

Pemandangan kawahnya begitu cantik, apalagi jika kita beruntung saat kita datang ke sini saat kabut turun betapa kita bisa melihat indahnya kawah putih ini. Air yang terdapat di kawah ini pada dasarnya berwarna putih tetapi ada kalanya berwarna hijau telur asin atau coklat.

                                         

Ini foto saya narsis di Kawah Putih yang menjadi bckground dari blog ini, karena menurut saya inilah foto saya palin tampan.  Jies.......


Karena airnya mengandung sulfur yang cukup banyak, maka para pengunjung tidak di benarkan untuk berenang di tempat ini. Dan untuk berada di dalam kawah ini kita tidak boleh terlalu lama cukup 15-30 menit saja, karena jika lebih cukup membahayakan bagi kesehatan kita. Disarankan untuk kita memakai masker saat mengunjungi kawah putih ini, jika kita tidak membawa masker maka banyak pedagang yang ada di sekitar objek wisata ini yang menawarkannya dengan harga Rp. 5.000.

Di dalam kawasan objek wisata ini kita juga masih dapat melihat gua-gua peninggalan zaman Belanda, namun saat ini kita tidak dapat masuk karena di palangi kayu dan memang bahaya jika kita masuk kedalamnya.

Objek wisata ini buka setiap hari dari pukul 07.00-17.00.


Puas menikmati pemadangan Kawah Putih saya melanjutkan perjalanan menuju Situ Patenggang yang tidak jauh dari tempat ini. Nantikan postingan berikutnya di blog ini mengenai keindahan Situ Patenggang .











Minggu, 02 Juni 2013

One Day Trip @ Tangkuban Parahu with Backpacker Makasar dan Jakarta

Kali ini saya akan memposting satu destinasi dalam kota, yakni Tangkuban Parahu, sebenarnya kenapa saya mau mengekplore destinasi dalam kota ini, adalah karena saya sempat berpikir tidak adil bagi saya kalau saya sudah eksplore sampai ke jawa tetapi destinasi lokal sendiri belum di kunjungi, lokasi Gunung Tangkuban Parahu yakni 31 KM dari kota Subang atau 30 KM dari Kota Bandung yakni tepatnya di Desa cikole, berbekal rute dari mbah Google saya memutuskan untuk kesana, untuk mecapai ke sana maka saya putuskan untuk naik bus kota Damri dari terminal Leuwi Panjang yang jurusan terminal Ledeng ongkosnya sebesar Rp. 2.000, dari terminal Ledeng kita sambung lagi angkot menuju ke lembang untuk tarif ongkosnya yakni Rp. 3.000 dan dari terminal Ledeng kita tinggal naik angkot jurusan yang ke Tangkuban Parahunya yakni seharga Rp. 3.000 dan kita turun di pintu gerbang kawasan wisata Tangkuban Parahu, tiket masuknya Rp.13.000, dan bagi kita yang membawa motor di kenakan biaya parkir sebesar Rp. 4.000 untuk motor dan Rp. 17.500 untuk mobil.

Gunung Tangkuban Parahu sendiri memiliki tiga kawah, yakni Kawah Upas, Kawah Domas, dan Kawah Ratu yang menjadi pusat kawah karena ukurannya yang besar. Dengan ketinggiannya mencapai 2.084 Mdpl, untuk suhu sendiri berkisar di rata-rata 17 derajat. Untuk mencapai Kawah Ratu dari pintu masuk kita harus menempuh jarak kurang lebih 4 KM, bagi yang datang dengan kendaraan umum, biasanya akan banyak mobil-mobil ELF yang menawarkan jasanya, dan biasa mereka memberikan tarif yang mahal, jadi saya sarankan untuk menawarnya, lebih efisien jika kita datang beberapa orang akan lebih murah kena biayanya, seperti saya yang saat itu tanpa sengaja bertemu dengan anak backpacker dari Makasar, Jadi kami total bersepuluh dan sewa satu ELF masing-masing dikenai biaya Rp. 30.000 untuk pulang pergi, cukup terjangkau bukan.

Mobil tersebut akan parkir si pelataran parkir dan kita dapat mengekplore kawah-kawah tanpa takut waktu karena kami di berikan waktu 1 jam untuk satu kawah.

Kami langsung menuju ke Kawah Ratu yang merupakan kawah utama karena kawah ini kawah yang paling besar.

Gunung tangkuban parahu sendiri identik dengan legenda dari Sangkuriang, yang di kisahkan saat itu jatuh cinta pada ibunya sendiri yakni Dayang Sumbi, untuk menggagalkan niatan anaknya untuk menikahinya, maka ia mengajukan syarat untuk di buatkan perahu dalam waktu semalam, tetapi Sangkuriang gagal membuatnya kemudian emosi dan menendang perahunya yang kemudian menjadi gunung, gunung inilah yang di sebut sebagai Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Tangkuban Parahu sendiri termasuk gunung yang memiliki kawah yang masih aktif yang mana terus diawasi oleh Badan Gunung Berapi dan Vulkanologi.



Pintu Masuk jalan menuju ke Kawah Ratu yang merupakan kawah terbesar di Gunung Tangkuban Parahu


Kawah Ratu


Saya di depan Kawah Ratu



Kami Team Lengkap terkecuali Andi yang menjadi juru foto


Para Petualang yang ingin mengambil Kitab Suci ke Barat








Cowok-Cowok Cool


Kami adalah para backpacker yang narsis, setiap ada momment pasti foto, tetapi memang sumpah keren sih pemandangannya


Jalan menuju Kawah Upas


Pintu Gerbang masuk Kawah Upas

Setelah kami memasuki kawah Upas memang medannya relatif sulit kami harus melewati jalan setapak dengan ukutan yang kecl dan relatif licin pula, sehingga kami pun harus berhati-hati, tetapi semua itu terbayar, dan salah satu dari kami ada yang teriak "gila gak kalah dari Bromo" saya yang belum pernah hiking ke Bromo bertanya, mengapa di bilang mirip dengan Bromo, ternyata katanya padang pasirnya dan juga anginnya begitu kencang. Memang bagi saya ini keren abis dan merupakan anugerah yang Tuhan berikan bagi masyarakat Jawa Barat untuk terus di jaga dan dilestarikan.


Pasirnya ini yang mirip dengan Bromo



This is the heaven in earth



Benar-benar memanjakan mata bila saya memandang foto ini

Sayang kami tidak boleh berlama-lama di sini karena kawah yang masih aktif sehingga menimbulkan asap belerang yang bila kami berlama-lama dapat membahayakan jiwa kami. Maka kami pun meninggalkan Tangkuban Parahu yang indah ini.