Gunung Tangkuban Parahu sendiri memiliki tiga kawah, yakni Kawah Upas, Kawah Domas, dan Kawah Ratu yang menjadi pusat kawah karena ukurannya yang besar. Dengan ketinggiannya mencapai 2.084 Mdpl, untuk suhu sendiri berkisar di rata-rata 17 derajat. Untuk mencapai Kawah Ratu dari pintu masuk kita harus menempuh jarak kurang lebih 4 KM, bagi yang datang dengan kendaraan umum, biasanya akan banyak mobil-mobil ELF yang menawarkan jasanya, dan biasa mereka memberikan tarif yang mahal, jadi saya sarankan untuk menawarnya, lebih efisien jika kita datang beberapa orang akan lebih murah kena biayanya, seperti saya yang saat itu tanpa sengaja bertemu dengan anak backpacker dari Makasar, Jadi kami total bersepuluh dan sewa satu ELF masing-masing dikenai biaya Rp. 30.000 untuk pulang pergi, cukup terjangkau bukan.
Mobil tersebut akan parkir si pelataran parkir dan kita dapat mengekplore kawah-kawah tanpa takut waktu karena kami di berikan waktu 1 jam untuk satu kawah.
Kami langsung menuju ke Kawah Ratu yang merupakan kawah utama karena kawah ini kawah yang paling besar.
Gunung tangkuban parahu sendiri identik dengan legenda dari Sangkuriang, yang di kisahkan saat itu jatuh cinta pada ibunya sendiri yakni Dayang Sumbi, untuk menggagalkan niatan anaknya untuk menikahinya, maka ia mengajukan syarat untuk di buatkan perahu dalam waktu semalam, tetapi Sangkuriang gagal membuatnya kemudian emosi dan menendang perahunya yang kemudian menjadi gunung, gunung inilah yang di sebut sebagai Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Tangkuban Parahu sendiri termasuk gunung yang memiliki kawah yang masih aktif yang mana terus diawasi oleh Badan Gunung Berapi dan Vulkanologi.
Pintu Masuk jalan menuju ke Kawah Ratu yang merupakan kawah terbesar di Gunung Tangkuban Parahu
Kawah Ratu
Saya di depan Kawah Ratu
Kami Team Lengkap terkecuali Andi yang menjadi juru foto
Para Petualang yang ingin mengambil Kitab Suci ke Barat
Cowok-Cowok Cool
Kami adalah para backpacker yang narsis, setiap ada momment pasti foto, tetapi memang sumpah keren sih pemandangannya
Jalan menuju Kawah Upas
Pintu Gerbang masuk Kawah Upas
Setelah kami memasuki kawah Upas memang medannya relatif sulit kami harus melewati jalan setapak dengan ukutan yang kecl dan relatif licin pula, sehingga kami pun harus berhati-hati, tetapi semua itu terbayar, dan salah satu dari kami ada yang teriak "gila gak kalah dari Bromo" saya yang belum pernah hiking ke Bromo bertanya, mengapa di bilang mirip dengan Bromo, ternyata katanya padang pasirnya dan juga anginnya begitu kencang. Memang bagi saya ini keren abis dan merupakan anugerah yang Tuhan berikan bagi masyarakat Jawa Barat untuk terus di jaga dan dilestarikan.
Pasirnya ini yang mirip dengan Bromo
This is the heaven in earth
Benar-benar memanjakan mata bila saya memandang foto ini
Sayang kami tidak boleh berlama-lama di sini karena kawah yang masih aktif sehingga menimbulkan asap belerang yang bila kami berlama-lama dapat membahayakan jiwa kami. Maka kami pun meninggalkan Tangkuban Parahu yang indah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar