Senin, 30 Desember 2013

Bangkok : Kota Metropolitan Yang Syarat Akan Budaya

Bangkok : Kota Metropolitan Yang Syarat Akan Budaya

Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit maka landinglah pesawat gw di Bangkok tepatnya di Don Muang International Airport.


Dari Don Muang gw menggunakan BTS menuju ke Siam Square dengan bus nomor 29 untuk tarifnya adalah THB 18 atau sekitar Rp. 6.300 mak sampailah kita di pusat kota Bangkok, untuk mecari lokasi hostel kami menginap lumayan susah jadi kami memutuskan untuk menggunakan taxi, tetapi hostel kami menginap susah di temui atau memang ini merupakan jebakan batman dari supir taxi maka kami diturunkan ditengah jalan yang memang sudah dekat dengan hostel kami. saat itu kami harus membayar THB 100, namun hanya berjalan kaki sebentar sampailah kami di The Overstay Hostel, hostel ini terletak di Charansanitwong Soi 40, Thoburi, Bangkok, begitu gw melihat tempat ini gw agak gak yakin takut salah tempat karena bawahnya ternyata diskotik tetapi benar bahwa inilah hostel yang kami cari. Untuk rates nya di hostel ini adalah USD 8.





Over Stay Hostel

Setelah check in, gw langsung keliling di sekitar hostel untuk mencari makan, ketika mutar-mutar gw melihat ada makanan yang unik yakni ketan yang disajikan dengan irisan babi merah, langsung gw dan Christy memesannya, harganya THB 25 atau sekitar Rp. 9.000, ketika gw cobain memang rasanya mantap, murah banget dengan harga hanya segitu.



Ketan dengan Babi merah.

Setelah makan ketan itu, tetapi karena porsinya kecil belum cukup menggajal perut gw, maka gw mencari makanan yang lain, dan di pinngir jalan gw menemukan lagi yang unik, yakni martabak, namun kalau di indo martabak manis dengan tepung yang tebal, tetapi disini martabak manis dengan tepung seperti martabak telur. Untuk isiannya yakni buah-buahan dan susu serta coklat, unik bukan.


Martabak Thailand

Gw mau mencoba martabak isi pisang dengan susu, untuk harganya seharga THB 15 atau sekitar Rp. 5.000
Cukup murah ya? rasanya benar-benar enak atau mungkin karena pengaruh lapar ya sehingga makanan apa pun terasa enak, hehheheh.

 

Setelah perut kenyang, maka kami kembali ke hostel untuk istirahat mengingat besok gw akan melakukan city tour .

Esok paginya gw dan Christie melanjutkan perjalanan, tujuan utama kami adalah Grand Palace, tetapi sebelum ke sana kami mau ke Floating Market dulu, ini merupakan salah satu icon pariwisata Bangkok. Kami naik taxi, sampai ke floating market kami dikenakan THB 180 atau sekitar Rp. 70.000.


Taxi Bangkok

Sesampainya di floating market, ternyata pasarnya belum buka, alhasil gw hanya berjalan-jalan di sekitar pasar dan mencari sarapan.


Floating Market

Gw dan Christie akhirnya harus menunggu para pedagang buka, beraneka makanan dan sayuran serta buah disini tersedia.


  

Beberapa makanan khas Bangkok yang di jajakan di floating market.

Di sini gw sempat membeli lumpia buat sarapan, harganya adalah TH 10 atau sekitar Rp. 3.500 untuk satu buah, rasanya mirip-mirip dengan lumpia di Indonesia.

Tujuan selanjutnya adalah ke Chao Praya, untuk menyusuri sungai terbesar dan terkenal di Bangkok ini ada beberapa alternatif, untuk yang mau jalan kaki ada perahu-perahu keci yang akan membawa kita untuk menyusuri satu bangunan ke bangunan lain dengan tarif THB 5 atau sekitar RP. 2.000 untuk sekali perjalanan atau menggunakan Chao Praya Express Boat yakni terusan untuk satu hari seharga THB 150 atau sekitar Rp. 52.000, dan gw memilih yang terusan. Gw membeli tiket terusan itu dari port Satorn.

 

Port Satorn

Mulailah perahu menyusuri sepanjang sungai Chao Praya, dan sang guide menjelaskan satu persatu port demi port dan juga bangunan-bangunan yang ada di sepanjang sungai ini, ada beberapa bangunan yang cukup terkenal, yakni Hotel Peninsula, kuil, pagoda dan juga tentunya Wat Arun dan Wat Pho dan juga Grand Palace yang menjadi destinasi favorit untuk turis termasuk gw.
 


Pagoda  


Kuil


 

Wat Arun


 Smiling Budha
 

Turis Jepang dengan kostum khas Thailand
 


Curam Tangganya
 

Tanda tangan gw ada di sini loh.....


Wat Arun adalah salah satu candi agama Budha Nama panjang dari candi ini adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara. Konon kenapa tangganya di buat curam ini menggambarkan bahwa untuk mencapai surga itu butuh perjuangan dan tak mudah. Candi ini di bangun pada masa King Rama II dan diselesaikan oleh King Rama III. Di dalam candi ini ada empat candi tetapi memang ada satu yang paling tinggi yakni Phra Prang dari atas sini kita dapat melihat kota Bangkok secara 360 derajat.

Porselen-porselen yang ada di patung-patung itu akan mengkilap ketika tertimpa sinar matahari, dan porselen-porselen ini memang di datangkan dari China. Untuk masuk ke Wat Arun kita harus membeli tiket seharga THB 50 atau sekitar Rp. 17.500.


 

Setelah dari Wat Arun, gw melanjutkan perjalanan ke Wat Pho untuk melihat Reclining Budha. Tiket masuk Wat Pho lebih mahal yakni THB 100 atau Rp. 35.000, ketika gw masuk ternyata di sini dapat makan siang gratis dan tentunya yang gw suka gw bisa merasakan makanan khas Thailand.
 

Gw mencoba merasakan baso dengan penyajian khas Bangkok dengan tahu dan juga toge, sama sih dengan di Indonesia. Juga gw mendapat desert kolak labu.



Terus ketika gw mau masuk kedalam ternyata ada satu stand makanan unik lagi, nasi yang di sajikan dengan bihun dan ;otongan daging dan darah daging Babi lagi, Makanan ini di sajikan dengan kuah santan boleh di bilang mirip dengan soto kalau di Indonesia.

Setelah perut terisi kenyang gw melanjutkan perjalanan untuk melihat keindahan yang ada di kuil ini. Kuli ini merupakan kuil tertua di Thailand, dan memang mnenjadi terkenal dengan patung Buddha tidurnya dan terbesar di Thailand.
 




Setelah foto-foto di dalam Wat Pho, gew melanjutkan perjalanan ke Grand Palace yang merupakan bekas kerajaan, Grand Palace terletak di jalan Thanon Na Phra Lan, untuk masuk ke Gran Palace gw mesti membayar THB 500 atau sekitar Rp. 175.000 di dalamnya kita bisa melihat baju-baju kerajaan sang ratu dan juga barang-barang kerajaan yang lain. Semuanya dominan dengan warna emas.




Grand Palace

Setelah puas di Grand Palace gw melanjutkan perjalanan ke week end market terbesar di Asia,yakni Chatuchak  jadi ketika di Bangkok pas hari minggu sayang buat gw melewatkannya, maka gw melanjutkan perjalanan dengan menggunakan BTS untuk tiket BTS seharga THB 35 atau sekitar Rp. 12.500.


BTS



Ketika sampai di sini benar-benar ramai banget, untuk jalan pun berdesakan, isinya adalah seperti pasar pada umumnya dari souvenir dan makanan khas Bangkok, disini gw sempat beli jam tangan dan juga kaus seharga THB 100 dan untuk jam seharga THB 100.


Ketika mau pulang gw melihat makanan yang unuk yakni gurita yang di sate. Gw sempat mencicipi lumayan untuk rasanya. Setelah dari Cathuchak gw langsung menuju ke hostel dan melanjutkan perjalanan gw menuju ke Phuket.









Sabtu, 28 Desember 2013

City Tour in Ho Chi Minh City Vietnam

City Tour in Ho Chi Minh City Vietnam

Malam itu bus yang gw tumpangi sampai di Ho Chi Minh City pukul 20.00 cukup malam juga, tetapi kami masih melihat banyak orang lalu lalang, memang kota ini sama seperti Jakarta cukup maju dengan perekonomiannya meskipun mereka baru membangun.

Malam itu gw dan ketiga rekan gw langsung menuju penginapan kami yakni Budget Hostel 2 yang terletak di district I atau tepatnya di 10 Nguyen Van Trang Street, Ben Thanh Ward, Ho Chi Minh City 70000, tinggal jalan kaki maka sampailah kami di hostel ini.Untuk budgetnya cuma USD 4.





Budget Hostel

Setelah check ini maka gw memutuskan untuk menghabiskan malam keliling HCMC city, tujuannya adalah cari makan. Di dekat hostel gw ternyata menemukan night market ya mirip-mirip dengan pasar malam di Indonesia menjual berbagai macam barang dengan harga murah.



Night Market

Isinya mulai dari penjual fashion seperti baju,celana dan lain sebagainya, juga gw menemukan makanan khas vietnam antaranya ada ketan yang di makan dengan selai duren. Dan yang menarik perhatian gw adalah penjual bunga ketika gw tanya memang rata-rata ketika malam minggu banyak pria akan memberikan bunga pada pasangannya, so romance, hehehhehe


Bunga yang dijajakan pedagang di Night Market

Puas berkeliling di Night Market kami mencari minuman, karena dari Indonesia gw sudah penasaran dengan kopi Vietnam yang katanya rasanya mantap. Dan kami pun menemukan pedagang kopi yang cukup ramai di kunjungi orang.


Suasana Kedai Kopi

Di HCMC memang terkenal setiap warganya senang bercengkrama satu dengan yang lainnya untuk mengakrabkan persahabatan mereka sering bertemu di kedai kopi. Saat itu gw memesan es kopi, rasanya benar-benar khas dan di buat kental baget....mantap rasanya. Untuk harga segelasnya cukup dengan VND 15.000 atau Rp. 8.000 murah lah sebanding dengan rasa.



Kopi Khas Vietnam 

Setelah selesai ngopi maka gw lanjut menuju patung yang menjadi iconnya kota ho chi Minh siapa lagi kalau bukan patung Paman Ho. 

Photo bareng Paman Ho


Setelah selesai  dan waktu juga sudah jam 1 pagi maka gw balik ke hostel untuk istirahat untuk esok hari karena gw akan melakukan city tour. Begitu keluar dari hostel kebetulan di depannya ada yang jual Bahh Mie ini adalah makanan Vietnam yang mendapat pengaruh dari Perancis, karena menggunakan roti Baquette yang diisi dengan sayur dan daging dengan saus khas vietnam, bang mi ini menggunakan pork jadi buat teman-teman yang muslim gak bisa makan ini, untuk harganya VND 18.000 atau sekitar Rp. 10.000 cukup besar rotinya lumayan buat ganjal perut di pagi hari. Rasanya seperti hotdog tetapi ada rasa daun ketumbar yang membuat ciri khas makanan Vietnam.


 Banh Mi


 Suasana Ho Chi Minh Pagi hari

Kami melanjutkan perjalanan menuju keWar Remnat Museum yang tidak terlalu jauh dari hostel tempat kami menginap yakni di  Jl Vo Van Tan 28, Museum ini adalah pengingat akan terjadinya perang antara Vietnam dengan AS yang terjadi di tahun 1957-1975, museum ini merupakan tujuan favorit bagi wisatawan yang datang ke Vietnam selain Cu Chi Tunels.



War Remnant Museum

Saat memasuki museum ini kita akan disambut oleh tank dan helikopter yang berjajar di halaman museum ini,. Helikopter dan tank ini adalah hasil rampasan perang tentara Vietkong dari tentara AS. Jadi makanya satu kebanggan buat warga Vienam sehingga tank dan helikopter ini di pajang sebagai pengingat kemenangan mereka. Dalam perang ini memakan korban tiga juta jiwa meninggal dan empat juta jiwa luka dan cacat.



Gedung museum ini terdiri dari tiga lantai, selain di depan gw menemukan tank dan juga helikopter, ketika memasuki lantai saatu gw disambut dengan sebuah kereta yang ditarik oleh manusia untuk membawa pahlawan kemerdekaan mereka Ho Chi Minh. Untuk masuk ke museum ini kita harus membeli tiket seharga VND 15.000 atau sekitar Rp. 8.000. Selain gw melihat kereta ini ada lagi yang unik yakni ada pembuat kaligrafi khas Vietnam, gw sempat beli satu buah gantungan kunci seharga VND 5000 atau seharga Rp. 3.000.



  

Disini kita juga dapat melihat daftar korban dari serangan yang dilakukan pasukan Amerika.




Berlanjut ke bagian berikutnya gw disuguhi beberapa photo korban kekerasan dari perang tersebut. Cukup mengerikan kebayang menderitanya warga Vietnam untuk memperoleh kemerdekaan. Di bagian lain gw juga melihat beberapa senjata hasil rampasan dari tentara Amerika.



Karena waktu sudah siang maka gw memutuskan untuk keluar dar museum untuk melanjutkan perjalanan gw, tujuan berikutnya adalah kantor pos dan juga Notre Dame Cathedral. Chathedral ini di bangun pada 1877-1883, tempat ini menurut gw keren banget, bangunan tua tetapi masih terjaga, di tempat ini banyak yang melakukan photo pre wedding. Tujuan pembangunan Chatedral ini tidak lain di maksudkan untuk menarik turis Eropa datang berkunjung ke Vietnam, biasanya mereka menjadikan ini sebagai moment wisata religi.






Notre Dame Cathedral.

Setelah mengunjungi chatedral maka gw berlanjut menuju central post gw ngebayangin ini sama dengan Jakarta mungkin ya, ada  kota tuanya, ada kantor pos, juga ada katedral. 


  
Post Office

Bangunanya memiliki gaya arsitektur eropa sehingga memberikan warna dan kesan tersendiri, di dalamnya kita dapat berbelanja souvenir khas Vietnam. Karena waktu sudah siang dan juga perut gw dah mulai lapar maka gw mencari tempat makan, kalau ke Vietnam belum makan Pho katanya gak afdol maka gw mencari tempat makan Pho tetapi yang halal, akhirnya gw menemukan Banana Leaf ini yang terletak di   57 Vo Van Tan street, District 3 Ward 6,yang merupakan resto franchise yang berpusat di Malaysia.
 


Banan Leaf Resto
Masuk ke resto ini tidak berasa berada di Vietnam karena suasananya seperti di Malaysia atau di Indonesia karena musiknya pun musik Indonesia, pelayannya pun bisa berbicara bahasa melayu. jadi berasa hommy. Gw penasaran dengan yang namanya Pho maka gw pesan menu itu yang kebetulan tersedia di resto ini.

 

Pho

Bahan dasar Pho ini adalah mue putih yang mirip dengan bihun, dengan kuah bening dan irisan daging sapi dan lagi-lagi tidak ketinggalan daun ketumbar, disajikan dengan sayuran toge dan irisan jeruk lemon memberikan cita rasa yang mantap. Untuk harganya VND 35.000 atau seharga Rp. 20.000.


Setelah perut terisi gw dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke sebuah pasar yang terkenal di Ho Chi Minh City apalagi kalau bukan Ben Tanh Market, Ben Thanh Market sendiri adalah pasar induk yang cukup luas di area Ho Chi Minh City. Lokasinya sendiri berada di persimpangan jalan Le Loi, Ham Nghi, Le Lai Street dan Tran Hung Dao Avenue Ho Chi Minh City, Vietnam.Pasar ini merupakan pasar favorit bagi para backpacker dan wisatawan karena dapat belanja souvenir dengan harga yang sangat miring harganya.



Ben Tanh Market

Pasar ini adalah pasar yang termasuk tua, pasar ini di bangun pada tahun 1859 tetapi sempat hyancur dan dibangun kembali pada tahun 1912 dan mengalami renovasi pada tahun 1980. Produk yang di jual di pasar ini berbagai macam, ada sayur ,ikan dan juga aneka souvenir seperti kaus,gantungan kunci dan lain sebagainya.

Namun untuk belanja di pasar ini gw harus pandai-pandai menawar karena rata-rata mereka memberikan harga yang sadis jadi kita pun harus sadis menawanrnya, contohnya gw mendapatkan kaus yang awalnya di tawarkan VND 200.000 tetapi tawar-tawaran dapat VND 150.000 untuk dua kaus.
 
 

Kembaran yang terpisah.

Ada kejadian unik keti9ka gw ada di pasar ini, gw menemukan salah satu turis dari Malaysia yang mukanya mirip sama gw, alhasil gw minta foto bareng sama dia.

Berhubung waktu sudah sore maka gw memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke airport dengtan taxi, karena penerbangan gw menuju Bangkok adalah jam 17.55 menuju Dong Muang,  Bankok dari Ho Chi Minh.
Cao Ho Chi Minh...........


Ho Chi Minh Airport

Pengeluaran hari ke empat :
Menginap di Budget Hostel 2 : USD 4/ Rp. 40.000
Kopi : VND 15.000/ Rp. 8.000
Banh Mi : VND 18.000/ Rp. 10.000
Tiket War Remnant Museum : VND 15.000/Rp. 8.000
Makan Pho : VND 35.000/Rp. 20.000
Kaus : VND 150.000/Rp. 75.000
Taxi ke bandara : USD 15/4 = USD 4/ Rp.40.000
TOTAL : USD 8 dan VND 233.000 = Rp. 80.000 dan Rp. 121.000
= Rp. 201.000