Minggu, 22 Desember 2013

Phnom Penh : Napak Tilas Kekejaman Rezim Polpot

Phnom Penh : Napak Tilas Kekejaman Rezim Polpot

Setelah dari Siam Reap menikmati keindahan Angkor yang menakjubkan, dan beristirahat puas di hostel, pagi ini gw melanjutkan city tour di Phnom Penh yang menjadi Ibu Kota Kerajaan Kamboja ini, gw hanya memiliki waktu kurang lebih sampai jam 13.00 jadi hanya kurang lebih 7 jam saja di kota ini karena gwharus melanjutkan perjalanan menuju ke Ho Chi Minh City dengan menggunakan Mekong Express.

Hari ini gw dan teman-teman sudah pesan tuk-tuk setengah hari mengantar kami city tour dengan biaya sebesar USD 18, dan tuk-tuk itu sudah siap dari jam 6 pagi di hostel kami. Kami berangkat pukul 7 pagi dan melihat kehidupan kota ini yang cukup ramai, geliat perekonomian mulai terasa pagi itu dimana pasar-pasar dan jalan-jalan ramai pengunjung dan pedagang yang bertransaksi, para pekerja yang akan menuju tempat kerjanya, dan di kota ini benar-benar seperti kota di Indonesia yang mayoritas penduduknya menggunakan sepeda motor untuk menuju ke tempat aktivitasnya masing-masing.



Hilir Mudik Sepeda Motor gak berbeda jauh dengan Indonesia.

Tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah Killing Field atau ladang pembantaian, mungkin mendengar namanya aja sudah seram ya? kebayang di tempat itu orang di bantai dan di bunuh.
Yap memang kami akan menuju ke tempat yang dipakai sebagai ladang pembantaian, sebenarnya jaraknya 15 Km dari pusat kota, ya memang lumayan jauh tetapi udara pagi itu begitu sejuk sehingga tidak berasa jauh hanya memakan waktu 20 menit kami sampai di tempat ini, di sepanjang perjalanan gw sempat melewati National Museum tetapi gw tidak berniat masuk maka gw cuma mengambil gambarnya dari atas tuk-tuk saja.
 

National Museum

Untuk Masuk Killing Field atau yang nama lengkap dari tempat ni adalah Choeung Ek Killing Field ini di kenakan tiket seharga USD 6, dan sebagai guide kita, mereka memberikan audio set  yang dapat kita pergunakan dan menggambarkan apa yang pernah terjadi di tempat itu dari seorang yang menjadi saksi hidup  pembantaian itu tetapi selamat.



Loket Choeung Ek Killing Field

Ketika masuk kedalam yang pertama gw temui adalah Memorial Stupa yang isinya adalah tengkorak manusia yang menjadi korban, mengapa dinamakan stupa karena bagi penganut agama Budha yang menjadi agama mayoritas di Kamboja adalah tempat suci untuk menempatkan sisa-sisa jasad manusia yang sangat dihormati.

 

Memorial Stupa
Asal mulanya tempat ini adalah memang kuburan China yang disulap menjadi ladang pembantaian (gak kebayang kan dah bekas kuburan terus di pakai menjadi ladang pembantaian, gak kebayang gw kalau datang malamn ke tempat ini pasti bulu kuduk pasti merinding plus disitu banyak banget tengkorak) bagus gw datangnya pagi hehehhe.

Di dalam kompleks ini terdapat beberapa 13 spot yang menggambarkan betapa keji tempat ini dan membayangkannya aja gw dah ngeri apalagi menjadi saksi hidup pembantaian itu. Korbannya bukan hanya orang dewasa tetapi ada juga anak-anak bahkan bayi, sampai sini gw bilang kalau Pol Pot sakit jiwa, dan kalau gw dengar lagi sebenarnya yang dibunuh Pol pot adalah masih saudara dengan dia ( edan ya....) dan yang dibunuh Pol Pot adalah orang-orang terpelajar dan hanya beberapa dari orang terpelajar itu yang gak dibunuh dan di berikan posisi penting untuk memperkuat rezim gilanya. Di tempat ini di temukan sebanyak 8985 tengkorak  dari 86 kuburan dan 43 kuburan di biarkan tanpa di gali.





Gambar di atas adalah saat pertama kali Killing Field ini di buka dan di eskavator maka ditemukan empat ratus lima puluh tengkorak di dalamnya.

Beranjak ke spot lain maka gw makin miris melihatnya gw menemukan sebuah pohon yang dulunya adalah pohon pembantaian bagi bayi, yang pembunuhannya gak manusiawi dah bahkan biadab banget. Waktu itu tentara Khmer melemparkan bayi yang masih hidup ke pohon ini sampai mati dan disaksikan sendiri oleh ibu kandungnya, benar-benar biadab.....

Pohon tempat pembantaian bayi

Kemudian gw menemukan satu pohon lagi yang menjadi alat penyiksaan dari tentara gilanya polpot, ytakni semacam pohon palem tetapi batangnya berduri cukup tajam, dan tentara Pol Pot memotong leher para korban dengan batang pohon ini, kebayang gak? mending dipotong dengan golok atau pisau sakitnya bentaran sehabis itu gak merasa sakit lagi nah ini dengan batang pohon yang pastinya sang korban merasakan proses penyembelihan yang lama dan sakit yang minta ampun.


 Pohon untuk memotong leher.

Benar-benar masuk ke sini emosi gw sangat bermain dan dapat merasakan apa yang terjadi saat itu gw yakin mungkin korbannya akan menjerit kesakitan.

Di bagian lain kita masih dapt melihat sisa-sisa pakaian yang di temukan di tempat ini yang merupakan pakaian dari para korban yang di abadikan dalam kotak kaca untuk mengenang mereka semua.


Pakaian Korban

Berlanjut ke spot berikutnya gw menemukan lagi kotak kaca yang mirip dengan yang tadi tetapi ini isinya lebih sadis, isinya adalah bagian-bagian tulang yang gak utuh dan suah untuk di kenali. Maka digabungkan dalam peti kaca ini.


Bagian tulang yang tidak teridentifikasi


Setelah dari sana gw masuk ke dalam museum yang isinya lagi-lagi menggambarkan kekejaman rezim itu,. Di dalam museum ini kita dapat melihat secara visual dan juga gw dapat menonton video kesaksian dari koban yang selamat yang suaranya gw dengar dari rekaman audio yang diberikan pihak museum.


Museum

Di dalam museum inilah gw dapat melihat foto jenazah Pol Pot yang meninggal di pengasingan karena terjangkit penyakit malaria sebelum di hukum mati.


Jenazah pol Pot


Di dalam museum juga gw dapat melihat susunan pengurus partai komunis pimpinan Pol Pot ini, dan juga dapat menemukan pakaian yang menjadi pakaian wajib tahanan saat itu. Dan juga beberapa alat untuk menyiksa para korban, samapi disini sekali lagi emosi gw terpancing dan mengatakan kalau Pol Pot benar-benar bukan manusia.

Juga gw menemukan korban dari Pol Pot juga datang dari kalangan terpelajar dan multi profesi, ada juga dari kalangan selebriti dan penyanyi yang juga mati di tangan rezim Pol Pot.

   
Mengingat terbatasnya waktu gw di Phnom Penh ini gw memutuskan menyudahi kunjungan gw di sini.


Kemudian gw melanjutkan perjalanan  menuju Tuol Sleng. Tuol Sleng lagi-lagi salah satu tempat penyiksaan bagi para korban kekejaman rezim Pol Pot. Tempat ini sebenarnya masih satu kesatuan dengan Killing Field. Di sini lagi-lagi bulu kuduk gw merinding.

Tuol Sleng sebenarnya dulunya adalah sebuah gedung Sekolah Menengah, namun pada masa pemerintahan rexim Pol Pot sekolah ini diubah fungsinya menjadi penjara  yang diberi nama S 21 (Security 21).

Untuk masuk ke Tuol Sleng setiap pengunjung membayar USD 2 tetapi sebenarnya buat warga lokal gratis, kalau mau coba-coba bisa gratis sih karena muka kita orang Indonesia mirip-mirip dengan penduduk lokal.

Ketika masuk gw langsung disuguhi prasasti yang menyatakan bangunan ini merupakan bangunan warisan budaya yang harus dilestarikan dari UNESCO.


Prasasti yang menyatakan warisan budaya dunia untuk Tuol Sleng

Setelah itu gw melihat ada empat belas kuburan yang entah itu kuburan siapa dan gak ada namanya pula diatas kuburan itu. Benar-benar uji nyali dan miris aja baru masuk dah di hadapkan dengan kuburan gini.



Empat Belas Makam di Depan Gerbang Tuol Sleng.

Setelah itu langsung masuk ke bagian-bagian dari sekolah. Di dalam sekolah ini terdapat empat gedung yakni gedung A, B, C, D langsung gw masuk ke gedung A, di gedung ini terdiri dari beberapa ruangan kelas layaknya sekolah. Tetapi di dalm kelas gw gak memui papan tulis atau meja murid dan meja guru atau jadwal piket (lu pikir sekolahan jaman gw SD) hahah, lanjut tetapi disini gw melihat beberapa ranjang usang yang konon (jangan di balik ya bacanya nanti beda konotasi, hahhaha) adalah tempat para tahanan di ikat dan disiksa. (wizzz kejam bgt gw ngabayanginnya...)


Tanda Masuk Gedung A



Ranjang tempat penyiksaan

Setelah dari gedung A gw lanjut ke gedung B, di gedung B ini isinya adalah fot-foto dari korban kekejaman Pol Pot, kenapa Pol Pot menyimpan foto-foto para korbannya, ya memang Pol Pot mengingkan dia mempunyai dokumentasi untuk aksi gilanya ini.

Mereka di foto dengan keadaan tegak dan semua foto tanpa ekspresi karena semua korbannya sudah tahu apa yang akan menimpa mereka kemudian. Disini gw dapat melihat bahwa korban Pol Pot bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak.






Foto Para korban Pol Pot

Gw langsung melanjutkan ke gedung C, di gedung ini gw dapat visualisasi apa yang dilakukan oleh Pol Pot dalam membantai para korbannya.

Ada berbagai macam metode penyiksaan bagi para korban, memang S21 ini benar-benar di design  menjadi neraka bagi para tahanannya, ada yang di rendam kepalanya di dalam tong berisi air dengan cara di gantung terbalik kepalanya.
.
Visualisasi lukisan kekejaman Pol Pot



Ada yang di gorok lehernya hidup-hidup kaya nyembelih ayam, ada yang pentil toketnya di kasih kelabang, ada yang kukunya di cabuuti satu persatu, dan masih banyak lagi sampai sini kembali gw mengumpat Pol Pot sakit jiwa.

Di Gedung lainnya gw menemukan tengkorak kepala dari para korban yang di temukan di tempat ini yang diletakkan di dalam kaca dan abu jenazah yang telah di kremasi.





Tengkorak korban Pol Pot yang di temukan di Tuol Sleng.

Berlanjut ke gedung lain di sini gw menemukan ruangan kelas yang disekat-sekat dengan kayu yang ukurannya kurang lebih hanya 1 meter kali setengah dan yang lebih gilanya berdasarkan guide yang menjelaskan kepada gw diruangan sesempit ini biasanya di isi sampai enam orang.


Sel Tahanan di Tuol Sleng

Memang bagi mereka gak ada bedanya mereka di perlakukan seperti apa pun di S21 ini karena mereka hanya menunggu waktu pembantaian mereka di kirim ke Killing Field.  Di tempat ini juga masih banyak noda-noda darah dari para korban. Sumpah merinding dan geli berada disini.

Setelah dari gedung ini gw memutuskan untuk menyudahi kunjungan gw disini, karena perasaan gw campur aduk. Gw melanjutkan perjalanan menuju Royal Palace.

Bangunan ini di bangun pada tahun 1866 pada masa pemerintahan Raja Norodom, di dalamnya ada Silver Pagoda dan juga kediaman Raja Norodom Sihamoni yang menjadi Raja saat ini.  Jadi ini merupakan tempat kediaman raja yang memerintah Kamboja. Untuk masuk kedalam Royal Palace kita harus membeli tiket seharga USD 6.25 tapi karena gw tidak memiliki banyak waktu maka gw cuma photo di depannya aja. Hehehehhe.






Royal Palace 

Di depan Royal Palace ini juga gw melihat banyak burung yang ada di jalan membuat spot photo  yang bagus. Dan jalanananya bersih banget mungkin karena depan istana ya sehingga kebersihannya di jaga.


Photo dengan Royal Palace dengan background merpati.

Setelah mengunjungi Royal Palace gw juga mengunjungi Independence Monument, bangunan ini sekilas mirip dengan stupa yang ada di Angkor. Bangunan ini di buat untuk memperingati kemerdekaan Kamboja. Bangunan ini dibangun pada tahun 1958.



Independence Monument

Berlanjut lagi  kami mengunjungi National Museum untuk masuk National Museum gw harus membayar USD 3. Di dalam National Museum ini di dalam bangunan ini gak terlalu menarik karena gak terlalu bagus di banding Museum Nasional yang ada di Jakarta, isi di dalam ini adalah patung-patung Budha dari abad ke 11.

National Museum
Mengingat waktu yang sudah siang dan tiket travel kami menuju HCMC hampir tiba maka kami langsung meminta supir tuk-tuk kami mengantar kami ke stop point Mekong Ekpress yang ada di #2020, national road 5, Sk Tuol Sang Ke, Khan Russey Keo, Phnom Phen.


Kantor Mekong Express

Untuk ongkosnya kena USD 13 dengan booking dulu via web. Fasilitasnya lumayan dapat biskuit dan juga tisue basah buat menyegarkan muka kita. Dan mirip dengan perjalanan dari Banyuwangi ke Denpasar perjalanan  Phnom Penh ke HCMC ini kita menyebrangi laut tapi kali ini menyeberangi Sungai Mekong.

Bus Mekong Express


Ferry yang beroperasi di Sungai Mekong.

Setelah menyeberagi sungai maka gw melewati pos pengecekan imigrasi untuk menuju ke Vietnam. Disini semua penumpang diwajibkan untuk turun untuk proses pengecapan visa.


Counter Imigrasi Kamboja

Tak lama dari pengecekan tanda gw keluar dari Kamboja kita memasuki perbatasan Vietnam yakni di Moc Bai maka ge turun lagi untuk mendapat visa sebagai izin masuk ke Vietnam.

Pengeluaran gw hari ini :
Tuk-Tuk Setengah hari keliling Phnom Penh : USD 18/4 =USD 4.5
HTM Killing Field : USD 6
HTM Tuol Sleng : USD 2
HTM National Museum : USD 3
Bus Mekong Express : USD 13
Beli Minum : USD 1,3
Total : USD 29,8  atau sekitar Rp. 298.000


1 komentar: