Kamis, 16 Mei 2013

Backpacker ke Jogja dan Jawa Tengah (Bagian 3 - Taman Sari Water Castle dan Kampung Cyber)

Backpacker ke Jogja dan Jawa Tengah (Bagian 3 - Taman Sari Water Castle dan Kampung Cyber)


Setelah dua hari di Jogja dan puas mengunjungi Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Pawon, dan Candi Mendut, kini tiba saatnya saya mengunjungi sebuah situs sejarah bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yakni sebuah istana bawah air. Letak dari Istana Air Taman Sari tidak jauh dari Keraton Jogjakarta, dari Keraton kita dapat berjalan kaki yang memakan waktu hanya 15 menit saja. arahnya dari pintu masuk keraton tinggal belok ke kiri ke arah-arah penjual cinderamata . Dari tempat penjualan cinderamata kita lurus saja sampai pertigaan pasar Ngasem, belok ke ke kiri lagi. Setelah itu lurus saja sampai perempatan, lalu belok kanan. Dari sini sudah ada papan petunjuk  yang akan menuntun kita menuju Taman Sari. Setelah itu kita belok kanan dari perempatan, lurus saja mengikuti papan petunjuk, dan belok kanan, maka sampailah di Taman Cagar Budaya Taman Sari.

Untuk menuju Taman Sari saya menggunakan Trans Jogja jalur 3A tepatnya saya naik dari Shelther Gedong Kuning yang berjarak kurang lebih 200 meter dari Wisma Martha tempat saya menginap. Dengan berbekal tiket seharga Rp. 2.500 (sekarang Rp. 3.000) saya di antar sampai Shelter Taman Pintar. Dari Shelter Transit naik bus jalur 3B dan turun di pasar Ngasem, dari pasar Ngasem tinggal jalan deh....

Tiket masuk Taman Sari seharga Rp. 3.000 perorang, tidak mahal bukan untuk mee
nikmati suatu sejarah kemegahan masa lalu yang masih berdiri kokoh dan di pertahankan sampai detik ini dan tentunya kita pasti PUAS.

Begitu memasuki gerbang, kita akan di periksa tiket kita, dan orang ini juga yang akan memandu saya untuk menceritakan tentang sejarah akan Komplek Istana Bawah Air Taman Sari ini. Pintu masuk Taman Sari yang sekarang di gunakan sebetulnya adalah pintu belakang pada waktu Kompleks Taman Sari ini di gunakan dan pintu depannya saat ini sudah tertutup oleh pemukiman penduduk.




Gerbang Masuk Taman Sari Yang sebenarnya tapi saat ini sudah tidak bisa masuk dari sini karena sudah tertutup pemukiman penduduk.

Taman Sari dibangun pada zaman Sri Sultan Hamengkubuono I pada tahu 1758-1765 awalnya kebun yang memiliki julukan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hekatare dengan jumlah bangunan ada 57 bangunan baik berupa bangunan, jembatan, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong- lorong bawah tanah.
Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.



Puing yang tersisa dari Istana Air Taman Sari



Kolam Utama Taman Sari

Konon di kolam utama inilah selir-selir dari Sultan membersihkan diri sebelum making love dengan sultan, saat itu selirnya ada sekitar 40 orang. dan satu hal yang membauat saya senyum-senyum sendiri adalah saat di ceritakan bagaimana Sultan memilih selirnya yang akan di ajak making love (upps sorry bukan vulgar ye gw tapi itulah yang gw dengar dari si Bapak yang mandu gw) dengan beliau yakni dengan melempar bunga kembang setaman ke selir-selir yang sedang berenang dan siapa yang mendapatkan bunga itu dialah yang terpilih untuk making love dengan Sultan.


Pintu masuk yang sekarang di gunakan merupakan pintu belakang pada masa Taman Sari masih di pergunakan

Di dalam kompleks Taman Sari ini juga ada tempat tidur dan kamar.

Tempat tidur yang terdapat di Kompleks Istana Taman Sari, lumayan saya dapat mencicipi tempat tidur Sultan pada saat dulu (yang konon dulunya adalah tempat buat making love sultan dan selirnya), hehehehehe


Puas mengitari komleks Taman Sari sang guide yang mendampingi saya mengajak saya untuk mengunjungi sebuah kampung yang di beri nama Kampung Cyber, yang berada tepat di belakang kompleks Taman Sari, saya sempat heran dengan namanya dan bertanya asal muasal dan sebab kampung itu di beri nama Kampung Cyber, lalu sang guide pun mengisahkan asal muasal kampung tersebut di beri nama Kampung Cyber, karena di kampung tersebut di semua rumah yang kurang lebih ada sekitar 140 rumah semuanya di setiap rumah memiliki jaringan internet. Satu hal yang unik, segitu awarenya masyarakat di sana terhadap perkembangan teknologi informasi kah sampai-sampai semua rumah terpasang sambungan internet, ternyata ini merupakan inisiatif sang Rukun Warga di tempat tersebut untuk menjadikan kampungnya menjadi kampung yang unik maka tercetuslah ide untuk membuat sambungan internet di setiap rumah, dan untuk biayanya mereka melakukan swadaya masyarakat, dan sampai saat ini mereka melakukan swadaya untuk pembayaran iuran bulanan yakni satu rumah hanya di kenai biaya 30 ribu rupiah cukup murah toh.


Gapura memasuki Kampung Cyber

Kemudian sang guide mengajak saya ke rumahnya yang kebetulan menjual beberapa cenderamata seperti batik,lukisan serta beberapa kerajinan perak, tapi memang saya tidak berniat untuk membeli souvenir maka saya pun hanya melakukan windows shoping saja dengan mengambil foto sebagai oleh-oleh digital.



Beberapa souvenir yang disediakan di toko souvenir di daerah Taman Sari 

Setelah puas mengelilingi kompleks Taman Sari dan kampung cyber saya pun melanjutkan perjalanan menuju Keraton, dan tak lupa memberi tips kepada guide yang telah mendampingi saya, untuk tarif tidak di patok tetapi berdasarkan keikhlasan dari pribadi masing-masing. Tunggu posting saya selanjutnya mengenai Keraton Yogyakarta. I Love Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar