Rabu, 15 Mei 2013

Backpacker ke Jogja dan Jawa Tengah (Bagian 2 - Borobudur, Mendut, Pawon)

Hari Ke- 2


Setelah istirahat yang cukup maka saya bangun pagi-pagi yakni pukul 06.00 lalu mandi pagi, setelah sarapan yang di sediakan oleh pihak penginapan yakni standard nasi goreng dan telor ceplok maka saya memutuskan untuk ke Candi Borobudur yang merupakan candi yang menjadi pusat perayaan Waisak bagi umat Buddha di Indonesia pada setiap tahunnya, Candi ini terletak di Kabupaten Magelang yang berjarak kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Jogja di mana saya stay. Dengan menggunakan bus kota jalur 4 saya menuju ke Terminal Gliwangan, dari Terminal Gliwangan saya naik bus 3/4 yang langsung menuju ke Terminal Borobudur. selama dalam perjalanan saya melihat banyak warga lokal saja sedangkan untuk turis saya hanya melihat satu orang saja yang sepertinya berasal dari mexico. untuk ongkos bus ini saya memberikan uang 15 rebu, perjalanan kurang lebih memakan waktu 2 jam seperti yang sudah saya perkirakan. Sampai terminal Borobudur cuaca hari ini cukup panas, sehingga saya mencari minuman memang sulit mencari penjual minuman karena mayoritas toko tutup karena masih dalam kondisi bulan Ramadhan, tetapi saya menemukan juga satu warung kecil yang jualannya sudah cukup sepuh yang kurang lebih berusia 70 tahunan dan saya minta teh manis 2 gelas keil dan beberapa gorengan untuk ganjal peut, ternyata ketika saya tanya berapa harganya saya terkejut karena cukup murah cuma 3 rebu saja memang sesuai dengan kantong gembel seperti saya,hehehhehehe.



Setelah bertanya-tanya bagaimana supaya saya bisa sampai ke Candi Borobudur, orang-orang sekitar terminal menyarankan saya untuk ambil alternatif naik beca motor seperti di daerah Aceh, setelah tawar menawar harga yang cukup alot akhirnya si supir becak motornya memberikan harga 50 rebu dengan rute  Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentunya yang saya incar yakni Candi Borobudur (yang dulu zaman saya SD termasuk dalam seven wonders tapi entah mengapa sekarang sudah tidak masuk dalam seven wonders).



Tujuan pertama saya diantar ke Candi Mendut.



Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota MungkidKabupaten MagelangJawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basemen tterdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.
Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan apsara ataubidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.


Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka.






Candi Mendut


Tangga Menuju Candi Mendut


Pohon Beringin yang ada di kawasan Candi Mendut

Saya beli souvenir Borobudur di Candi Mendut karena kata si Bapak tukang ojeknya di Candi Mendut lebih murah dibanding di Candi Borobudur, yo wis saya pikir betul juga ya karena Candi Borobudur sudah lebih komersil. Alhasil saya beli gantungan kunci yang berisi 20 pcs dengan harga hanya Rp. 20.000 jadi kalau di hitung per pcs hanya Rp. 1.000 gantungan dari bahan achrilic saya pikir worthed-lah dengan harga segitu.

Oh ya untuk tiket masuk Candi Mendut kita di kenakan tiket masuk sebesar Rp. 3.000 saja cukup terjangkau bukan.

Setelah dari Candi mendut saya lanjut ke Candi Pawon yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Candi mendut, untuk masuk Candi Pawon kita juga di kenakan tiket masuk sebesar Rp. 3.000.

Ukuran Candi Pawon lebih kecil dari Candi Mendut mungkin hanya seperempatnya dari Candi Mendut,

Relative tidak mudah menemukan candi ini, karena letaknya yang ada di perkampungan warga, lagi pula tak ada tanda atau penunjuk jalan yang memudahakn wisatawan menuju candi itu. Mungkin candi ini dipandang tak begitu menarik, atau hanya sebuah candi yang dibuat sebagai pelengkap dari Candi Borobudur yang megah. 







Candi Pawon

Kurang banyak yang bisa kita eksplore dari Candi Pawon karena bangunannya yang kecil, jadi saya juga tidak berlama-lama di sini, saya kemudian melanjutkan untuk ke pamungkas wisata candi di Magelang ini yakni Candi Borobudur, jaraknya tidak begitu jauh dari Candi Pawon dan Mendut.

Harga tiket masuk Candi Borobudur adalah Rp. 30.000 berbeda dari dua candi sebelumnya, untuk memasuki Candi Borobudur kita di ikatkan kain batik di pinggang kita, ini sebagai simbol batik merupakan asli Indonesia, jangan sampai menjadi kebudayaan asing kembali.

Candi Borobudur merupakan Candi yang bercorak agama Budha, maka dari itu setiap perayaan hari Tri Suci Waisak Borobudur menjadi pusat perayaan nasional bagi umat Budha di tanah air.

Sejarah Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi mengenai asal usul nama candi ini. Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan “beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”.


Versi kedua mengatakan bahwa nama Sejarah Candi Borobudur kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang berarti “gunung yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan oleh Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata “bhoro” yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas”.

Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti “biara di atas sebuah bukit”. Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan oleh Prof. J.G. de Casparis berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang”.





Aku dan Candi Borobudur

Masih berdasarkan prasasti Karang Tengah dan ditambah dengan prasasti Kahuluan, J.G. de Casparis dalam disertasinya tahun 1950 mengatakan bahwa Sejarah Candi Borobudur diperkirakan didirikan oleh Raja Samaratungga dari wangsa Sayilendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara kstidhara atau tahun Caka 746 (824 Masehi) dan baru dapat diselesaikan oleh puterinya yang bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun 847 Masehi. Pembuatan candi ini menurut prasasti Klurak (784 M) dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang pangeran dari Kashmir yang bernama Visvawarma.

Versi Lainnya


Asal Usul Sejarah Borobudur – Candi borobudur merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur didirikan sekitar tahun 800-an Masehi oleh para penganut agama Buddha Wahayana. Dalam sejarah candi borobudur, terdapat berbagai teori yang menjelaskanasal usul nama candi borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara yang artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.




Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.




Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.



Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Cri Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamulan yang disebut Bhumisambhara. Istilah Kamulan sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhumi Sambhara Bhudhara dalam bahasa sansekerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.


Memang megah Kompleks Candi Borobudur ini layaklah sempat menjadi salah satu Tujuh Keajaiban Dunia karena memang benar-benar bukti peradaban yang maju ketika itu. Cuaca saat penulis berkunjung kesana memang lagi panas-panasnya tetapi tetap tidak membuat saya lelah.

Setelah melihat ketiga candi yang menjadi bukti sejarah bangsa kita memang pantas bangsa kita di juluki bangsa yang besar, hal ini tidak berlebihan jika di buktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di bangsa kita, jadi I am Indonesian and I am proud.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar