Kamis, 04 Juli 2013

KopDar Backpacker Lintas Nusantara. Sebuah Kebersamaan Yang Takkan Tergantikan (Part II)

KopDar Backpacker Lintas Nusantara.
Sebuah Kebersamaan Yang Takkan Tergantikan (Part II)

Hari ini kami rencaanakan untuk main basah-basahan, karena kami berangkat menuju Air Terjun Sri Gethuk yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, tepatnya di Dusun Menggoran, Desa Bleberan Kecamatan Playen. Air terjun ini terdapat di tepi sungai Oyo. Eksotisme Sungai Oyo sering di samakan dengan Grand Canyon di Arizona atau sebanding dengan Green Canyon di Jawa Barat yang memiliki corak sama, yakni sepertinya bebatuan tandus ternyata menyimpan potensi wisata yang dahsyat, yakni hijaunya air yang membelah sungai dengan Air Terjun Sri Gethuk yang konon tidak pernah kering meski di musim kemarau.

                                   

Sungai Oyo yang harus kita lewati untuk sampai ke Air Terjun Sri Gethuk.


Untuk mencapai Air Terjun Sri Gethuk ini ada dua alternatif yang dapat di tempuh yakni yang pertama dengan menyusuri jalan setapak dengan melewati hutan yang di tumbuhi tanaman kayu putih di sepanjang jalan, namun dengan kontur jalan dari bebatuan tanpa aspal, atau opsi kedua dengan naik getek yang dibuat dari drum-drum bekas tentunya kita harus bayar jika memilih opsi yang kedua, akhirnya kami memilih opsi kedua dengan naik getek dan dikenai biaya Rp. 10.000 per orang.


Narsis sebelum naik getek


Dan di atas gethek pun masih narsis.


Sepanjang perjalanan si pengemudi perahunya menceritakan asal muasal kenapa air terjun ini di beri nama Sri Gethuk. konon masyarakat sekitar mempercayai bahwa air terjun ini adalah tempat kethuk yang merupakan instrumen gamelan milik jin Aggo Meduro yang konon pada saat-saat tertentu masyarakat sekitar masih suka mendengar suara gamelan.


Nih si Bapak yang bercerita tentang asal muasa Air Terjun Sri Gethuk.


Hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit, maka sampailah kami di air terjun ini, debit airnya cukup deras. Bebatuan yang ada di bawah air terjun Sri Gethuk ini membentuk undakan-undakan sehingga memberikan kesan mewah terhadap air terjun Sri Gethuk ini.

                                               

Inilah dia Air Terjun Sri Gethuk, mewah bukan terlihatnya.........

Kami pun turun dari rakit dan mencoba naik ke atas mendekati air terjun untuk menikmati terpaan air yang dingin dari air terjun ini. Airnya cukup segar.


Kami menikmati dinginnya air.

Puas menikmati air terjun Sri Gethuk, dengan basah-basahan kami berpiki tanggung kami basah-basahan seperti ini, maka kami putuskan untuk lanjut ke Cave Tubing di Gua Pindul dan Gua Sriti, ini juga merupakan objek wisata yang baru muncul akhir-akhir ini yang menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Gunung Kidul.

Gua Pindul sendiri terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Kabupaten Gunung Kidul. Dari Wonosari kita tinggal lurus saja, nanti ketemu kawasan Bukit Bintang rest Area Bunder, Gerbang masuk Kota Wonosari, setelah gerbang masuk tersebut kita akan menemui Tugu Bank BPD, lalu kita ikuti jalan yang ke kiri, setelah itu lurus saja sampai ketemu perempatan lampu merah, perempatan lampu merah masih lurus saja, sampai ketemu perempatan tanpa lampu merah, di perempatan itu belok kiri dan lurus saja ikuti jalan utama dan gak sampai 4 KM kita sudah sampai di daerah wisata Gua Pindul.

Kita masuklah ke Sekretariat atau juga bisa di katakan loket karcis. namun biasanya di tempat ini kita akan ditawarkan paket.  Paket yang ditawarkan oleh pengelola tempat wisata ini yakni terdiri dari tiga objek wisata, yakni, Gua Sriti, Gua Pindul dan Rafting di ungai Oyo. Waktu kami di tawarkan harga per orang untuk  tiga objek wisata yaitu Rp. 100.000 per orang, namun kami hanya memlih dua objek wisata saja yakni Gua Sriti dan Gua Pindul mengingat hari sudah sore, maka dengan tawar menawar maka di sepakatilah harga yakni Rp. 60.000. Dan dengan harga itu kita dapat mengambil welcome drink berupa air jahe atau teh manis.


  

Sekretariat Desa Wisata tempat kami bernego harga.


Gua pertama yang kami masuki adalah Gua Sriti, berdasarkan cerita dari Guide yang mendampingi kami, Gua Sriti adalah Gua yang masih di keramatkan oleh penduduk sekitar. jadi selama di dalam gua ini kita tidak diperkenankan menatakan hal-hal yang tidak senonoh, kenapa gua ini di namai gua Sriti karena gua ini merupakan tempat bersarangnya burung Sriti atau burung walet. Di dalam gua ini sangat gelap jadi kita harus menggunakan senter, rute yang kami tempuh yakni sekitar 400 meter, kita dapat berjalan saja tanpa menggunakan ban karet karena gua ini pun airnya tidak terlalu dalam dan juga celah guanya tidak lebar sehingga tidak memungkinkan perahu karet atau ban karet bisa masuk. Strukturnya pun bebatuan tajam, di dalam gua ini kedalaman air paling dalam adalah 1,5 Meter jadi tak perlu takut tenggelam.


Mobil yang mengantar kami dari sekretariat/loket pemabayaran tiket menuju ke objek wisata.


Kita akan di pinjami life jacket seperti ini dan juga sepatu plastik.


Pintu masuk ke dalam gua yang mirip dengan sumur.



Narsis sebelum masuk ke dalam Gua Sriti.

                                 

Stalagnit yang ada di Gua Sriti.


Narsis di pintu keluar Gua Sriti.


Setelah selesai dari Gua Sriti, kami lanjutkan perjalanan menuju Gua Pindul, berbeda dengan Gua Sriti air di dalam gua ini cukup dalam yakni mencapai tujuh meter, jadi kita tidak bisa jalan, kita harus menggunakan perahu yang terbuat dari ban dalam truk yang di modifikasi menjadi arung jeram dan kita dapat duduk diatas ban tersebut, dengan tetap menggunakan life jacket.

                                     

Salah satu emandangan yang saya temui ketika berjalan menuju Gua Pindul, masih asri kan, hehehhe berbeda dengan di Jakarta atau Bandung.


                                      

Spanduk yang menjadi penunjuk kalau kita sudah sampai di objek wisata Gua Pindul

Gua Pindul memiliki struktur bangunan yang lebih tinggi dibanding dengan Gua Sriti, tetapi tetap berasa lembab udara yang ada di dalamnya.


Pasukan Ranger siap membasmi kejahatan, hahahahay.....


Stalagnit dan stalagtit di dalam Gua Pindul pun masih aktif dan di perkirakan sudah terbentuk lebih dari 350 tahun yang lalu, kita juga masih bisa melihat kehidupan mikroplankton (jis bahasa gua dah kaya guru biologi ya...)


Dengan di tarik oleh guide kami dan tangan kami menarik satu dengan yang lain maka kami siap memasuki Gua Pindul.

Ada stalagnit yang unik, yakni dapat menimbulkan suara seperti suara gong bila di pukul, oleh sebab itu dinamakan stalagnit gong, ada pula stalagnit yang dipercaya menjadi sumber kesuburan bagi wanita, dan juga bahkan ada stalagnit yang menyerupai kristal bening. 



Santainya kami menikmati dinginnya air di dalam Gua Pindul.

Tak hanya itu, bila seorang wanita yang bisa mendapatkan air itu, maka ia akan awet muda. Namun sangatlah tidak mudah mendapatkan airnya karena airnya itu jarang keluar, kami pun menunggu airna menetes selama 15 menit tetap tidak keluar airnya itu.

Panjang rute di dalam Gua Pindul ini adalah 350 Meteran jika kita tidak ingin mengambil paket dan hanya inign merasakan sensasi bermain air di Gua Pindul saja itu bisa kita lakukan, cukup dengan membayar Rp. 30.000 saja dan itu sudah termasuk ban dan life jacket yang di pinjamkan dan tentunya guide.


Celah tersempit yang ada di Gua Pindul dapat dilalui hanya satu orang-satu orang.

Petualangan yang memacu adrenaline adalah saat memasuki zona gelap, dan si pemandu kami tiba-tiba mematikan senter, kita dapat merasakan kegelapan abadi, dan membayangkan seperti inilah hidup manusia tanpa Tuhan akan berada dalam kegelapan. Namun tiba-tiba sinar vertikal masuk dalam gua yang seolah-olah sebagai visualisasi cahaya Ilahi.


Melalui celah inilah cahaya masuk dalam gua.

Selepas dari zona gelap abadi, maka kita diperbolehkan turun kedalam air, dan dapat naik ke atas sisi gua tetapi mohon diperhatikan untuk tidak merusak struktur gua.



Foto di sisi gua.

Selesai dari sini selesailah perjalanan kami menyusuri Gua Pindul..


Tangga keluar Gua Pindul.


Kembali narsis di depan Gua Pindul.

2 komentar: