Kamis, 04 Juli 2013

KopDar Backpacker Lintas Nusantara, Sebuah Kebersamaan Yang Takkan Tergantikan (Part III)

KopDar Backpacker Lintas Nusantara, Sebuah Kebersamaan Yang Takkan Tergantikan (Part III) 


Hari ini adalah puncak KopDar kami, yakni kami akan melakukan Camp di Pantai Pok Tunggal, pantai ini terletak mengapa kami menjatuhkan pilihan kami karena pantai ini indah dan memiliki pasir putih, serta yang sangat-sangat penting adalah masih jarang pengunjung, jadi serasa pantai milik sendiri (andai bisa di jual bisa kaya gua.....jiss...ngayal aja u jo). Pantai ini sebenarnya baru dikenal orang pada akhir tahun 2012 yang lalu, jadi kami pun tertarik kesini.

Jalan menuju ke pantai ini memang cukup rumit, apalagi kami saat itu melakukan perjalanan malam, jadi kami harus ekstra hati-hati, karena jika tidak bahaya mengintai karena jalan yang sempit dan pinggirnya langsung jurang.

Ada satu pohon yang menjadi ikon pantai ini yakni pohon yang mirip dengan pohon bonsai tetapi ini versi besarnya, selidik punya selidik ternyata itu pohon Duras. Sebenarnya ini pohon langka tetapi melihat kondisinya sekarang kurang terjaga sehingga memprihatinkan banyak dahannya yang patah.


                                   

Inilah Pohon Duras yang menjadi icon Pantai Pok Tunggal

Di sekeliling pantai juga sudah banyak warung-warung yang menjual makanan sehingga menambah fasilitas bagi kita yang ingin menyambangi pantai ini, dan sudah ada MCK Umum.

Kami sampai pada malam hari dan langsung mendirikan tenda tempat kami tidur, kami bangun tenda tiga buah untuk dipakai kami istirahat. Satu hal yang jadi lucu bagi kami ternyata dari kami tidak ada yang pernah mendirikan tenda yang kami bawa, jadilah kami benar-benar memerlukan waktu cukup lama untuk mendirikan tenda, tetapi inilah indahnya kebersamaan kami mengerjakan dengan bersama-sama dan dengan semangat persatuan MERDEKA....... (disss.... apalagi coba u Jo) dan akhirnya berdirilah tenda tersebut.


Inilah tenda tempat kami istirahat yang kami dirikan dengan susah paya (jadi terharu.....)


Selesai dengan urusan tenda masih ad yang haru kami kerjakan yakni membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh kami dari rasa dingin angin pantai, ada kejadian lucu lagi ternyata bensin yang kami beli seliter di jalan habis tetapi api unggun tak kunjung jadi, alhasil kami mencari sterofoam untuk membakarnya dengan bersusah payah akhirnya hidup juga api unggun kami



Inilah kami sedang berusaha menyalakan api unggun... kompak kan.....


Selesai kami api unggun maka kami mengadakan acara keakraban di mana kami saling shared pengalaman trip kami, memang rata-rata dari kami begginer semua, apalagi saya yang masih baru kenal dunia hitam ini....eits salah deng dunia asyik ini, (ini asli gua gak boong asik cuy kalau lu resapi setiap perjalanan lu pasti ada makna positif yang u bisa simpan dan ambil).

Selesai sharing tentang pengalaman backpacking kami, maka kami pun masuk ke tenda masing-masing untuk istirahat untuk persiapan besok melihat sunrise namun sayang ternyata sunrise gak muncul selidik punya selidik memang nih pantai bukan untuk melihat sunrise tetapi untuk melihat sunset....(gua saranin kalau lu orang mau kesini datang sebelum jam empat sore dan lu dapat liat sunset yang ajib cuy....).


Ketika esok pagi kami bangun, baru terlihat dengan jelas betapa indahnya ini pantai. Pantai ini mempunyai ciri khas yang unik yakni pantai yang luas dan landai, ombaknya relatif tenang dan cocok buat kita yang ingin berenang seperti yang kami lakukan pagi itu.


Inilah kami bersiap untuk bermain air dan siap berenang di tengah deburan ombak. (ready guys to swim.....ye we are ready...go....)

Kami punya waktu tiga jam sebelum kami meninggalkan tempat ini karena akan mengantar Rangga yang akan pulang ke Jakarta jam 12 siang.




Inilah beberapa pic keseruan kami bermain ombak...nice guys.....

Sebelum kami meninggalkan Pantai Pok Tunggal ini kami teringat akan pesanan Suci yang titip untuk menuliskan namanya di Pantai. Maka kami pun membuatkannya sebagai satu persembahan buat Suci (kami persembahkan sepenuh hati kami ci untuk kamu... hanya untuk kamu....)


Ini dia pesanan Suci.

Kami pun memberekan tenda dan memberekan backpack kami, dan bergegas meninggalkan pantai ini dengan harapan suatu saat kami akan kembali ketempat ini.

Kami akhirnya melanjutkan perjalanan untuk makan dan mencari Sate Klathak, walaupun sebenarnya kami semua buta untuk lokasinya. Dengan berbekal tanya ke orang-orang akhirnya sampailah juga kami di Kedai Sate Klathak itu, penasaran saya akan rasanya. Sebenarnya  sate ini saya agak ragu untuk makannya karena membayangkan karat yang ada di jari-jari sepeda yang dipakai sebagai tusuk sate. Tetapi demi pengalaman kuliner unik kenapa tidak di coba. (padahal sih emang laper juga...hehehhehe)

Sebenarnya sate klathak adalah sate dari daging kambing yang di buat dengan versi jumbo dan dengan tusuk sate bukan dari bambu seperti kebanyakan sate melainkan dengan jari-jari sepeda, dengan finisihing juga tidak dengan bumbu kacang  melainkan dengan kuah gulai.


Sate Klathak.

Selesai makan kami pun lanjut mengatarkan Bias ke terminal untuk pulang ke Surabaya, dan kami melanjutkan mencari oleh-oleh Bakphia di daerah Pathuk langsung. Selesai dari sini saya pun langsung menuju ke Terminal Gliwangan dan bersiap-siap mencari tiket, karena tiket kereta saya hangus seharusnya berangkat pukul 7.00 pagi tapi demi mencoba kuliner sate klathak saya merelakan tiket saya... dan akhirnya saa pulang dengan membawa sejuta rasa dan sejuta kenangan betapa saya bangga mengenal kalian semua Backpacker Lintas Nusantara dan I love Jogja trully Asia.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar