Kamis, 11 Juli 2013

Jakarta Old City Riwayatmu Kini.

Jakarta Old City Riwayatmu Kini.

Jujur ya gua  suka banget akan kota tua, mau itu yang ada di mana saja, maka ke manapun destinasi gw ngegembel maka gua akan sempatin untuk maen ke kawasan kota tuanya. (karena biasanya kawasan kota tua ini gratis gak ada tiket masuknya.... maklum gembel selalu cari gratisan)

Kali ini gua mau cerita tentang kota tua yang ada di Jakarta, kawasan kota tua ini merupakan salah satu yang terkenal di  Indonesia, mengapa demikian? karena ini konon katanya kawasan bisnis yang terbesar saat masa pendudukan Belanda di Indonesia, sehingga banyak banget bangunan yang megah-megah saat itu dan masih ada sisa-sisa kejayaannya sampai saat ini.

Kalau gua perhatiin di kawasan ini banyak banget bangunan yang arsitekturnya mirip banget kaya bangunan di Belanda sana, gua sempat bertanya sama pengelola kota tua di sana mengapa demikian, ternyata ya memang kota tua ini dulu di design mirip dengan suasana di Belanda sana agar orang-orang Belanda yang sedang menjajah di Indonesia itu  bisa terobati rasa kangen akan negeri kincir angin itu.

Waktu gua datang ketempat ini banyak banget manusia disana ( ya iyalah namanya juga tempat wisata pasti banyak orang, kalau kuburan pastinya banyak setannya... keplak) maksud gua waktu gua kesana tuh pas ada acara dari beberapa komunitas gitu loh....

Terus apa aja Jo yang menarik di kawasan kota tua itu? itu kan yang jadi pertanyaan lu orang pada? apa ya yang menarik.... yang menarik adalah waktu gua kesana tuh barengan sama anak-anak SMA gak tahu dari SMA mana... gw gak kenalan sih jadi lumayan bisa cuci mata liat yang unyu2 gitu... (puji Tuhan ya Tuhan....keplak).

Dah ah balik lagi ke topik yang gua mau bahas yakni apa aja yang menarik atau apa yang bisa kita kunjungi di kota tua Jakarta, antara lain: Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Rumah Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Omni Batavia, dan msaih banyak bangunan tua yang lain.







Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia ini menempati bangunan yang berusia tua banget ( saking tuanya sama bokap gw aja tuaan nih gedung) dan punya sejarah yang panjang dalam perbankan Indonesia. Museum ini dulunya adalah rumah sakit yang bernama Binnen Hospitaal, lalu di gunakan oleh De Javasche Bank (DJB) pada tahun 1828 (nah apa gua bilang tua kan nih gedung, engkong gw aja mungkin masih keci, hehhehe). Nah pada tahun 1953 bank ini di nasionalisasikan menjadi Bank Sentral Indonesia atau Bank Indonesia. Penggunaan gedung ini sebagai kantor Bank Indonesia tidak berlangsung lama. Pada tahun 1962, Bank Indoneisa pindah ke gedung yang baru. Maka praktis gedung ini kosong. Alamat Museum Bank Indonesia ini terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat.

Benda-benda koleksi di dalam museum ini antara lain adalah uang kertas dan logam dari waktu ke waktu, juga kita dapat lihat emas koleksi Bank Indonesia.

Dan berdasarkan nilai historisnya maka Museum Bank Indonesia merupakan salah satu cagar budaya yang di lindungi. Jam buka museum Selasa-Jumat : pukul 8.00 - 15.30 Sabtu-Minggu : pukul 8.00 - 16.00, hari libur nasional tutup.

Puas melihat koleksi di Museum Bank Indonesia saya kembali menelusuri Kawasan kota Tua ini, kemudian saya melihat ada satu bagunan yakni bekas BAR yang sekarang sudah tidak berfungsi tetapi bangunannya unik dan cukup tua sepertinya.


Salah satu bangunan yang ada di kawasan kota tua.


Lanjut lagi saya melangkahkan kaki mengelilingi kawasan kota tua ini, saya tertarik



Rumah Merah yang sedang di pugar.

Mungkin banyak yang sudah tahu tentang cerita di balik rumah merah ini, waupun dah banyak yang tahu tapi gw mau ceritain ulang aja ya biar lebih afdol. Rumah merah ini, rumah merah ini dulunya adalah rumah salah satu petinggi VOC yang mencetuskan pembantaian suku Tiong Hoa yang ada di Batavia yakni pada tahun 1851, jdi bangunan ini usianya dah tiga abad. Warna merah di gunakan untuk menjadi simbol etnis Tiong Hoa, di depan rumah merah ini terdapat kali atau sungai yang menjadi saksi akan kebiadaban VOC saat itu yang membantai etnis Tiong Hoa, pada saat pembantaian itu konon mayatnya di buang ke sungai itu (kebayang kan seremnya cerita gw...lama-lama gw jadi cerita misteri ya...) gak lanjut ... gua cuma mau ceritain sejarah nih gedung itu aja gak lebih, rumah merah ini juga sempat menjadi tempat penyiksaan terhadap seorang gadis, jadi konon katanya kalau malam pada malam-malam tertentu ada yang suka mendengar suara tangisan gadis dari rumah ini (ih serem.... udah deh Jo jangan cerita misteri terus.... nih blog tentang travelling or cerita misteri!)

Setelah dari rumah merah gw lanjut keliling lagi, dan gw liat ada satu bangunan yang rame ternyata ketika gw liat dari dekat nih gedung banyak yang jadiin tempat prewed, emang sih keren bangunannya. Gak percaya? nih gw kasih liat photo yang gw ambil di sana.


Nih depan gedung itu



Dalamnya gedung itu, keren sih ada beberapa jendela yang terpasang kaca patri mirip di eropa gitu.



Tangga menuju lantai 2

Kemudian gw lanjutin ngebolang gw di kota tua dengan jalan terus, sampai di satu spot gw liat rame-rame gw datangi aja kali aja ada pembagian zakat hehehheheheh ( keplak...) ternyata pas gw datangi ada komunitas moge (alias motor gede, GEDE jo... segede badan u?ye gw tahu badan gw gede, terus masalah buat lu?) dah ah lanjut ya ternyata mereka lagi KopDar juga, jadi mereka pamerin dah tuh moge-moge mereka, emang sih keren-keren, gw jadi berpikir untuk beli moge tapi mesti nabung berapa tahun ya? daripada lama baru kebeli mumpung ada gw pinjam buat photo aja, eh ternyata si abang Doni (si pemilik moge) ngasih izin gw buat photo sama mogenya... makasih bang...



Komunitas Moge yang sedang KopDar di kawasan kota tua.







Tuh Si bang Doni yang di belakang gw ngeliatin motornya, takut gw bawa kabur ya bang... kidding 


Pas mau jalan lagi, gw liat nih batu unik.. alhasil gw photo lagi deh....

 Habis photo-photo narsis sama moge pinjaman gw lanjutin perjalanan gw menuju ke Jembatan Kota Intan.
Jembatan ini di bangun pada tahun 1628 dengan nama Engelse Burg yang artinya "Jembatan Inggris", kenapa di namakan demikian, karena jembatan ini menghubungkan Benteng Belanda dan Benteng Inggris yang bersebrangan dibatasi oleh Kali Besar (yang kemudian bernama Kali Ciliwung). Pada tahun 1628 dan 1629 terjadi penyerangan dari Banten dan Mataram terhadap Benteng Batavia yang mengakibatkan jembatan ini rusak, namun di bangun kembali oleh Belanda pada tahun 1630 dan pada saai itu di kenal dengan nama De Hoender Pasarbrug atau Jembatan Pasar Ayam karena lokasinya yang berdekatan dengan pasar ayam.

                             

Jembatan Kota Intan

Selanjutnya pada tahun 1655 jembatan ini di perbaiki oleh Belanda karena mengalami kerusakan akibat sering terkena banjir dan korosi akibat air asin, dan namanya berganti menjadi Het Middelpunt Brug atau Jembatan Pusat, pada April 1938 jembatan ini dirubah menjadi jembatan gantung agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan untuk mencegah terkena banjir yang sering terjadi, namun bentuk dan gayanya tetap di pertahankan, hanya namanya saja yang berubah menjadi Ophalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard.



Gw menikmati indahnya Kali Besar Ciliwung.


Setelah proklamasi kemerdekaan nama jembatan ini di gani menjadi "Jembatan Kota Intan", disesuaikan dengan nama lokasi setempat. Lokasi jembatan ini berada dekat dengan salah satu bastion Kastil Batavia yang bernama Bastion Diamont (Intan). Kastil Batavia yang merupakan kota tua Batavia sering di sebut sebagai Kota Intan.

Terakhir perjalanan gw kali ini di Kota Tua Batavia gw ke sebuah hotel yang menggunakan bangunan tua, dan hotel ini masih kental dengan arsitektur Belanda yakni Hotel Batavia yang sebelumnya dikenal dengan nama Hotel Omni Batavia.



Batavia Hotel

Selesai dari sini berarti berakhir juga petualangan gw menyusuri Kota Tua Batavia, semoga gedung-gedung tua yang ada di jadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat sehingga menjadi lokasi wisata yang murah bagi masyarakat umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar