Rabu, 03 Juli 2013

KopDar Backpacker Lintas Nusantara. Sebuah Kebersamaan Yang Takkan Tergantikan. (Part 1)

KopDar Backpacker Lintas Nusantara.
Sebuah Kebersamaan yang Takan Tergantikan.

Postingan kali ini saya akan cerita tentang Kopi Darat grup backpacer yang kebetulan saya ada di dalamnya. Sebenernya awal mula terbentuknya grup ini dari inisiatif teman-teman untuk menyambung silahturahmi di antara kami sesama anggota yng tergabung di dalamnya, karena kami sebelumnya tidak ada yang mengenal satu sama lain, kami hanya berkomunikasi melalui BBM Grup.

Maka di buatlah ide yang kami wujudkan dengan Kopdar yang kami sepakati di selenggarakan pada 30-31 Maret 2013 di Jogaja, mengapa di pilih di Jogja karena letaknya di tengah-tengah karena ada diantara kami yang berasal dari Surabaya dan juga Madiun. Namun ada di antara kami yang sepakat datang lebih dulu termasuk saya yang juga datang lebih dulu yakni tanggal 28 Maret 2013, saya datang dengan menumpak Kereta Api, tetapi untuk kali ini ada sesuatu yang menarik karena tiket yang satu bulan sebelumnya saya beli yakni teiket KA Kahuripan dengan kelas ekonomi dengan harga Rp. 38.000 tetapi ketika pada saat keberangkatan kereta yang saya tumpangi adalah kereta dengan pendingin udara, heheheh lumayan kan.

Setelah saya bertanya, memang mulai tanggal 15 Maret semua kereta gerbong ekonomi di hapuskan dan hanya ada satu kelas untuk kereta api jarak jauh dan menengah yakni kereta api ekonomi AC, saya berangkat pukul 6.00 pagi dari Stasiun Kiara Condong dan sampai di Stasiun Lempuyangan yakni jam 3 sore, yang langsung di jemput oleh Fahmi host kami selama KopDar di Jogja kali ini.

Setelah dari stasiun saya di bawa Fahmie ke kostannya yang ternyata di sana sudah ada Andi dan Ade dari Jakarta yang sudah datang dari pagi tadi. Hari pertama tidak ada yang istimewa karena kami hanya menghabiskan malam di Angkringan saja yakni di Angkringan KR dan juga Angkringan Tugu untuk bertemu dengan Ketua BPI Regional Jogja yakni Bang Monchos.

  
                                      

Jalan Malioboro



Rumah tempat kami tinggal selama KopDar



Tunjuk satu bintang


Hari kedua kami memutuskan untuk meuju ke Istana Ratu Boko, yang padahal saya sudah berkunjung dua kali ke Jogja tetapi selalu terlewat untuk masuk ittenary saya.

                                       

Tiket Masuk Rp. 25.000 dan soft drink yang di berikan kepada setiap pengunjung

                                     

Setiap pengunjung di pinjamkan kain batik

Istana Ratu Boko adalah kompleks istana megah yang di bangun pada abad ke- 8. bangunan yang bisa di katakan termegah pada zamannya itu di bangun oleh salah seorang kerabat pendiri Borobudur.

                                     

Gerbang Istana Ratu Boko

Bangunan ini di bangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara yang dalam bahasa indonesia  ini berarti biara di bukit penuh kedamaian. Bangunan ini di dirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehiupan spiritual. Saat saya ada di istana ini saya bisa merasakan kedamaian melihat pemandangan kota Yogyakarta dan dari tempat ini pula saya dapat melihat Candi Prambanan dengan latar belakang gunung Merapi.

Mengapa kita bisa melihat Candi Prambanan karena Istana Ratu Boko ini terletak di 196 meter daitas permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks Istana Ratu Boko ini seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat bagian, yakni tengah,barat, tenggara, dan timur. bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, candi pembakaran, kolam, batu berumpak, dan paseban. Sementara bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-balai, 3 candi, kolam , dan Komplek Keputren. Komplek gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri dari perbukitan.

Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju kebagian tengah. Dua gapura tinggi menyambut saya. Gapura pertama memiliki tiga pintu sementara gapura kedua memiliki lima pintu.


Gapura kedua yang memiliki lima pintu


                                        

Gerbang menuju ke Altar Pembakaran

Sekitar 45 meter dari gapura kedua saya menemui  bangunan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih.Tak jauh dari situ, saya menemukan Candi pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkardengan luas 26 meter x 26 meter dan memiliki dua teras. Sesuai namanya, candi itu di gunkan untuk pembakaran jenazah . Selain kedua candi itu ada sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian jika kita berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

                                       

Bangunan Candi dari Batu Putih

Satu hal yang membedakan Istana Ratu Boko di banding dengan peninggalan sejarah lainnya, Istana Ratu Boko memiliki ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya tiang-tiang atap dan juga pintu masuk.

Harga tiket masuk ini seharga Rp. 25.000
( sudah termasuk air mineral dan sarung pinjaman)

                                       

 Jam Berkunjung ke Istana Ratu Boko




Mari tunjuk satu bintang

Puas menikmati Istana Ratu Boko dan di karenakan cuaca pun hujan, maka kami utuskan untuk kembali ke rumah yang menjadi base camp kami.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar