Jumat, 04 Oktober 2013

Cirebon : Kota Udang dan Keraton


Cirebon 
Kota Udang dan Keraton


Kali ini gw akan memposting salah satu destinasi ngebolang gw yang tidak terlalu jauh dari kota gw tinggal saat ini, yakni kota Cirebon, mengapa gw tertarik untuk jalan ke kota ini adalah karena jarak yang tidak terlalu jauh dari Bandung dan bisa di tempuh dengan hanya beberapa jam., sehingga tidak perlu mengambil cuti bisa di lakukan saat week end.  Hari itu tepatnya gw janjian dengan salah satu teman dari BPI (Backpacker Indonesia) yang kebetulan satu regional sama gw yakni sama-sama di Bandung yakni Dewi, suatu kebetulan sebenernya gw juga akhirnya menemukan host gw selama gw trip di Cirebon ini, sebenarnya suatu kebetulan gw joint di satu grup BBM yakni Pejalan dan saat itu Fahmie mengundang temannya yang kebetulan berasal dari Cirebon yakni Mas Adhio.

Singkat cerita akhirnya gw contact-contactkan sama mas Adhio ini, dan dia mau menerima gw (ah gak salah u Jo, memangnya lu doyan cowo? eits jangan negatif thinking maksud gw Mas Adhio mau menerima kita sebagai tamu dan bersedia menjadi host kita selama di Cirebon, gitu maksud gw...) ok lanjut, kebetulan hari itu Mas Adhio sendiri ikut acara ulang tahun BPI Regional Bandung, jadi kita janjian di Bandung Indah Plaza, setelah itu kami jalan menuju terminal Cicaheum.

Dari terminal Cicaheum kami naik bus Sahabat saat gw pergi waktu itu tiketnya Rp. 40.000 (tapi ini sebelum BBM naik) gak tahu sekarang berapa, perjalanan saat itu kami berangkat jam 20.00 dan sampai Cirebon saat itu jam 01.00 jadi kurang lebih lima jam.


                                   

Bus Sahabat.

Tujuan pertama kami adalah makan tongseng, di tempat ini ada hal yang baru buat gw, biasanya makan tongseng kan yang gw tahu tuh daging dah di siapin sama si warung tongsengnya, tetapi disini beda, kita harus beli daging sendiri dulu lalu di bawa ke warung untuk di masakin (mirip-mirip di Muara Angke gitu kalau di Jakarta, tetapi bedanya kalau di Muara Angke itu ikan, tetapi disini daging sapi), kita memotongnya juga sendiri jadi sesuai dengan selera kita mau besar atau kecil potongannya.




Tongseng Cirebon

Setelah menikmati tongseng, kami langsung menuju ke rumah Mas Adhio di Perumnas Arumsari, tepatnya daerah Sumber, Cirebon untuk beristirahat.


      
                                          
Keren kan pemandangan dari depan rumah host gw langsung gunung.


Esok paginya kami kembali melanjutkan perjalanan, tempat pertama yang kami datangi adalah Lapangan Sepakbola Bima, tujuannya adalah untuk mencari sarapan, sebenernya tempat ini tidak berbeda jauh dengan Lapangan Tegalega di Bandung yakni rame yang berjualan dari semua komoditi ada disini. Lapangan Bima ini sebenarnya dulunya adalah kompleks olah raga mungkin mirip dengan Senayan Jakarta, karena disini ada lapangan sepak bola dan lapangan bulu tangkis, tetapi ketika saya datang kesini sepertinya lapangan ini seperti kurang terurus dan agak kumuh.




Gw, host gw yakni Mas Adhio, dan Dewi di Lapangan Bima


Oge (host gw juga), Dewi, Gw masih di Lapangan Bima juga

Di lapangan Bima ini tentunya yang menjadi icon nya adalah patung Bima yang memperlihatkan keperkasaannya ( ya iyalah kalau adanya patung Petruk maka namanya jadi Lapangan Petruk, tapi pengen juga sih nanti gw taruh patung gw disitu biar namanya jadi Lapangan Jonathan Ransel Hitam, ngayal aja u jo, keplak...) tapi disini kami mengurungkan untuk sarapan, karena Gw penasaran dengan apa yang di namakan   nasi jamblang, maka kami melanjutkan ke Nasi Jamblang Mang Dul yang terletak di Jl. Dr. Cipto MangunkusumoNo. 38 tau lebih gampangnya depan Greage Mall, yang gw sempat bingung adalah kenapa nasi ini di namakan nasi jamblang, padahal di bungkusnya dengan daun jati, bukan daun jamblang atau di dalamnya juga gak terdapat buah jamblang, tetapi asal usulnya adalah ini merupakan makanan khas zaman kerja paksa Deandles yang membangun jalan dari Anyer ke Panarukan, daun jati di gunakan sebagai bungkus agar tidak basi karena di campur dengan lauk pauk Tetapi saat ini nasi dan lauk di sajikan terpisah seperti yang gw liat di warung Mang Dul ini. 

Lauk yang disediakan cukup banyak dari daging, hati ampela, telor, tahu, dan lain sebagainya, porsinya memang sangat kecil kalau gw makan harus 3-4 bungkus. yang enak menurut gw adalah perkedelnya karena memiliki tekstur yang masih kasar jadi berasa kentangnya. untuk harga tidaklah terlalu mahal hanya perlu merogoh kocek kita 10,000- 20.000 rupiah saja.



Warung Nasi Jamblang Mang Dul



Nasi Jamblang



Setelah perut terasa kenyang kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pelabuhan Cirebon, dsini gw liat banyak kapal yang bersandar dan juga di perbaiki. Karena pelabuhan ini masih aktif menjadi pelabuhan barang.


Narsis di depan salah satu kapal yang bersandar.


Setelah dari pelabuhan maka kami melanjutkan perjalanan menuju ke Masjid At Taqwa, masjid ini merupakan masjid kebanggaan dari masyarakat kota Cirebon. Masjid ini terletak dekat dengan alun-alun kota Cirebon. Masjid ini sebenarnya usianya sudah ratusan tahun yakni di dirikan tahun 1918 (tua ya, bokap gw juga masih pake celana pendek sekolahnya nih zaman tahun segini, hehehhehe), dulunya masjid ini terdiri dari dua bagian yang satu di pergunakan sebagai Tajug Agung (Masjid At Taqwa sekarang, dan setengah lagi menjadi alun-alun Kejaksaan sekarang ini.

Namun karena bangunannya terlalu kecil maka kepala Kantor Urusan Agama Cirebon yakni R.M Arhatha mempunyai gagasan untuk merenovasi Tajug Agung ini ditempat yang lama dengan mengambil nama Masjid At Taqwa, karena sudah ada masjid agung yang terletak di Kaepuhan yang sekarang menjadi Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Seolah-olah pada waktu itu tidak dibenarkan dua nama ya ng sama pada dua masjidyang letaknya masih dalam satu kota, yaitu Tajug Agung dan Masjid Agung.


       

Masjid At Taqwa




Islamic Centre Kota Cirebon


Akhirnya pada tahun 1951 terwujudlah bangunan masjid tersebut dan diresmikan menjadi At Taqwa tahun 1963.

Kami tak berlama-lama di Masjid At Taqwa karena kami masih harus mengunjungi tempat lainnya, karena mengingat terbatasnya waktu kami di kota ini.

Tujuan berikutnya kami menuju ke Keraton Kasepuhan atau Keraton paling tertua di kota ini,dan keraton ini merupakan keraton yang paling terawat di antara keraton-keraton yang lain yang berada di kota cirebon.


Keraton Kasepuhan ini adalah kerajaan Islam tempat para pendiri Cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri.

                                                               

Keraton ini memiliki museum yang di dalamnya terdapat beberapa benda bersejarah bagi kerajaan, diantaranya adalah kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati. Namun saat ini kereta ini tidak di pergunakan lagi dan hanya di keluarkan setahun sekali yakni pada saat 1 Syawal atau saat Idul Fitri.

Keraton ini di bangun pada tahun 1452 (cukup tua ya cuy...) didirikan oleh Pangeran Cakrabuana. Dulunya keraton ini bernama Keraton Pakungwati



Patung Singa di depan Keraton Kasepuhan.




Pintu Gerbang menuju ke dalam bangunan keraton.

Setelah melewati pintu gerbang kita akan menemukan sebuah reuangan yang berisi kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana pada masa dulu. Kereta ini di buat oleh pangeran Panembahan Losari pada abad ke empat belas ini merupakan kendaraan kesultanan keraton kasepuhan termasuk sunan Gunung Jati.
Kereta Singa Barong ini cukup unik karena mirip dengan kendaraan mobil pada masa sekarang karerna memiliki sistem hidrolik Kereta Singa Barong ini juga memiliki sistem suspensi yang sangat nyaman karena apabila melewati jalanan yang tidak rata Sultan yang menungganginya tidak akan berasa karena memiliki sistem suspensi yang handal.



Pintu Gerbang Masuk Keraton Kasepuhan.

HTM Keraton Kasepuhan (sebenarnya gak ada loket penjualan karcis, kami hanya di mintai uang di depan sebesar Rp. 8.000.

Kereta ini ditarik oleh empat kerbau putih, biasanya kereta ini digunakan oleh sultan di dalam rangka mengelingi daerah kekuasaan keraton, dan kerap dipakai juga untuk perjalanan dinas bagi sultan jika akan mengunjungi daerah di luar kekuasaan kesultanan (ibaratnya nih ini Limousine nya Sultan zaman itu, keren kan).

Namun saat ini kereta Singa Barong ini sudah tidak di pergunakan lagi dan hanya di pajang di dalam museum. dan hanya di keluarkan satu tahun sekali yakni pada 1 Syawal untuk di bersihkan, dan yang di pakai saat ini menjadi kendaraan bagi Sultan hanya yang duplikatnya saja.


Gw dan Dewi Mejeng di depan Kereta Singa Barong.






Gw, Dewi, dan Oge di depan Kereta Singa Barong

Kemudian gw berlanjut ke bagian dalam keraton ini, dan mata gw meliat satu lukisan yakni lukisan Prabu Siliwangi, Satu hal yang unik ternyata lukisan ini adalah lukisan tiga dimensi, yakni lukisan ini akan mengikuti sudut pandang si pelihatnya, jadi kalau gw lihat dari depan maka mata dan kaki dari lukisan ini akan menuju pada gw, dan ketika kita melihat dari samping maka mata dan kakinya juga akan terlihat ke arah gw dan apabila gw lihat dari depan maka lukisanya akan terlihat gemuk, tetapi apabila gw melihatnya dari samping maka lukisannya akan terlihat ramping.

 

Lukisan tiga dimensi Prabu Siliwangi. 

Di dalam museum ini juga terdapat gamelan, gamelan ini masih di gunakan sampai saat ini yakni pada saat hari-hari besar seperti hajatan sultan.

                 

Gamelan



Tandu untuk Permaisuri

Namun ketika kami ke sini ternyata tidak boleh masuk sampai ke dalam karena beberapa hari sebelum kunjungan kita ada pengunjung yang merusak kursi keraton, jadi kami hanya boleh sampai batas depan pintu saja.

Di depan ketika kami mau masuk ke dalam keraton gw meliat silsilah dari keraton kasultanan kasepuhan cirebon yang ternyata di mulai dari Nabi Muhamad SAW sampai dengan Sunan Gunung Jati dan sampai kepada Sultan sekarang P.R.A Arief Natadiningrat, S.E yang mulai di nobatkan menjadi Sultan sejak tahun 2010 kemarin.

                                    

Silsilah Kesultanan Kasepuhan Cirebon

Setelah itu gw lanjut ke bagian samping dari keraton ternyata di bagian ini gw melihat ada sebuah sumur yang bernama Sumur Kejayaan, banyak yang mempercayai jika kita mandi dan cuci muka dengan air dari sumur ini maka kejayaan akan mengikuti kita.





 

Lokasi Sumur Kejayaan yang ada di belakang Keraton.




Sumur Kejayaan.

Di bagian belakang keraton ini juga gw menemukan bekas Taman Air, tetapi kurang terawat dan lumayan berantakan, tetapi bekas kemegahannya masih terlihat.


Taman Air di Keraton Kasepuhan. 

Setelah dari keraton Kasepuhan kami melanjutkan Keraton Kanoman, Keraton Kanoman berarti keraton yang lebih muda (berasal dari bahasa Jawa yakni Anom yang berarti muda).

Keraton Kanoman di dirikan oleh Sultan Kanoman I atau Sultan Badridin yang merupakan keturunan ke VII dari Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah pada tahun 1588 Masehi. Luas Keraton ini adalah enam hektare, dan Keraton Kanoman adalah Keraton yang masih memegang teguh tradisi antara lain tradisi Grebeg Syawal.



Kereta Singa Barong

Ternyata ketika kami ke Keraton Kanoman kami menemukan kereta Singa Barong lagi, namun ternyata Gw baru tahu bahwa yang di Keraton kanoman inilah yang aslinya. 
Bentuknya adalah Paksi Naga Liman yang merupakan gambaran Burak yang merupakan kendaraan Nabi Muhammad SAW.


Gw berfose dengan perlengkapan prajurit tentara Keraton Kanoman.

Saat ini raja yang memerintah adalah Sultan Mahmud Emirrudin yang merupakan keturunan ke XII dari Syarief Hidayatullah.

Sultan Mahmud Emirrudin atau Sultan Kanoman XII

Ketika gw ke Keraton Kanoman ini gw juga bertemu dengan turis asal Philipina, mereka bercerita kagum dengan budaya Indonesia yang kaya, dia bercerita bahwa negara Indonesia sangat kaya akan kebudayaan dan destinasi wisata yang beragam, berbeda dengan negaranya Philipina yang hanya ada laut dan pantai. Jadi betapa bangganya kita menjadi bangsa Indonesia.





Mike dan Istri Turis Asal Philipina.


Saat di sini gw sempat menikmati Tahu Gejrot yang merupakan makanan khas kota Cirebon, tahui gejrot adalah makanan yang menjadikan tahu sebagai bahan utamanya dengan disiram kuah cuka dan cabai. Untuk harganya relatif murah yakni hanya Rp. 3.000 (cukup murah kan.)


 
        
Tahu Gejrot.

Puas menikmati budaya di keraton Kanoman gw melanjutkan perjalanan ke toko batik yang terkenal di Cirebon dan menjadi oleh-oleh khas kota Cirebon, yakni Batik Trusmi yang terletak di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yaitu sekitar 4 KM dari Kota Cirebon. Di Desa Trusmi sendiri ada sekitar 3.000 lebih pengerajin batik.


                                      

Batik Trusmi

Nama Desa Trusmi berasal dari nama seorang pengikut Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam dengan cara mengajarkan membatik. Bati Trusmi menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon termasuk dalam golongan batik pesisir, namun ada juga sebagiannya masuk dalam kategori keraton. hal ini terpengaruh karena kota Cirebon sendiri memiliki dua keraton yang memberi pengaruh secara tidak langsung.

Beberapa motif batik yang termasuk tradisional adalah motif Mega Mendung, dan motif Paksi Naga Liman.



Beberapa Koleksi Batik di Batik Trusmi.

Untuk harga di toko Batik Trusmi ini bisa di bilang terjangkau, mulai dari Rp. 50.000 - Rp. 500.000, di toko ini juga bukan hanya menyediakan batik yang sudah berbentuk pakaian jadi tetapi juga menawarkan bahan yang meteran. Gw sempat membeli bahan batik untuk jadi oleh-oleh Gw, yakni batik motif mega mendung. Harganya permeter Rp. 35.000. Murah kan cuy......


Motif Batik Mega Mendung 
Setelah mendapatkan batik yang diinginkan kami melanjutkan untuk mengisi perut kami yang mulai keroncongan, kami pun mencari makanan khas Cirebon yakni Empal Gentong, empal gentong sebenarnya adalah makanan yang mirip soto dengan santan yang berisi potongan daging, yang sangat gurih.


Empal Gentong.

Gua Sunyaragi yang terletak di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon, sebenarnya bangunan ini lebih mirip dengan candi ketimbang gua. Untuk masuk ke dalam Gua Sunyarangi ini kitra di kenakan tarif Rp. 8.000/orang. Bangunan ini juga sering di sebut dengan Tamansari Sunyaragi. Nama Sunyaragi berasal dari bahasa Sansekerta yakni berasal dari kata "sunya"  yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga. Memang mengapa di namakan demikian karena memang bangunan ini didirikan untuk tempat istirahat dan bermeditasi para sultan Cirebon.



                                                

Gerbang Gua Sunyaragi
           
Luas Kompleks Gua Sunyaragi ini kurang lebih  15 Hektare, objek wisata ini merupakan benda cagar budaya yang dilindungui juga. Objek wisata ini terletak di sisi Jl.  Brigjend. Dharsono , Sebenarnya bangunan ini adalah sebuah taman air. Pada zaman dulu Gua Sunyaragi di kelilingi danau, yakni  Danau jati.yang saat ini sudah mengering dan dilalui jalan. 

Di dalam Gua Sunyaragi ini terdapat air terjun buatan sehingga menambah indah gua ini. Juga terdapat hiasan berupa patung gajah dan wanita Perawan Sunti dan juga Patung Garuda.

Gua Sunyaragi sebenarnya terdapat dua bagian bangunan yakni pesanggrahan dan gua sendiri. Bagian pesanggrahan terdiri dari tempat tidur, kamar mandi, kamar rias , ruang ibadah dan di kelilingi  oleh taman dan juga kolam.

Induk bangunan adalah Gua Peteng (gua Gelap Gulita) gua ini adalah tempat bertapa para Sultan, juga ada gua  Pande Kemasan adalah gua tempat pembuatan senjata dan juga penyimpanan senjata.  Juga ada Gua Pawon tempat logistik untuk bertapa.

                                       

Gua Peteng

Gua Sunyaragi ini didirikan pada tahun  1703 oleh Pangeran Kararangen yakni cicit Sunan Gunung Jati. Arsitektur bangunan Gua Sunyaragi merupakan perpaduan Indonesia Klasik, Hindu, gaya China juga gaya Timur Terngah dan juga Indonesia.

Memasuki bangunan ini kesan sakarla yang gw tangkap. Didepan Gua Peteng ada patung perawan sunti yang menurut legenda setempat apabila seorang wanita menyentuhnya maka akan sulit mendapat jodoh. ada juga patung yang mirip dengan Dewa Wishnu atau di kenal dengan Patung Mbah Jinem.

                                                                    

Patung Mbah Jinem

Bukit Teletubies

Bangunan ini sempat mengalami beberapa pemugaran yakni pada tahun 1852  juga tahun 1937-1938, juga oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala dari tahun 1976 - 1984 . Setelah itu tidak ada lagi pemeliharaan yang berarti sehingga kesan kurang  terawat juga gw liat.   

                                    
Sunset di Gua Sunyaragi


Selesai menikmati keindahan Gua Sunyaragi dan berhubnung waktu pun sudah malam maka kami memutuskan untuk pulang, tetapi sebelum pulang gw mau cari oleh-oleh, maka kami memutuskan untuk mampir ke Toko Daud yang menjadi pusat oleh-oleh khas Cirebon.



                        
Toko Daud


Di toko Daud saya membeli Sambal Cabai Bubuk ya mirip dengan Bon Cabe gitu, cukup murah yakni Rp. 35.000. Sebelum kami balik ke Bandung Mas Adhio bilang di sebelah toko Daud ini ada makam yang menjadi tempat ziarah orang-orang, yakni makam  Tumenggung Aria Wiracula atau yang bernama asli Tan Sam Tjai Khong, beliau hidup di abad 18, mengapa beliau orang China tetapi di hormati oleh kalangan keraton, karena belaiu menjadi saudagar yang membantu perekonomian kota Cirebon pada masa itu.




                         
                                 Makam Tumenggunng Aria Wiracula                                



Setelah dari makam Tumemnggung Aria Wiracula, Gw dan Dewi di antar oleh Mas Adhio ke Terminal Harjamukti untuk kembali ke Bandung.



 Terminal Bus Harjamukti.

Sesampainya gw di terminal harjamukti gw naik bus Bhineka yang menuju terminal Cicaheum Bandung. dengan ongkos Rp. 40.000.



Bus Bhineka



Dengan begitu berakhir pula petualangan gw di kota Cirebon yang terkenal dengan kota udang, terima kasih yang sebesar-besarnya gw ucapin sama Mas Adhio, Oge dan juga Rene yang sudah menjadi host yang sangat2 menyenangkan buat gw dan Dewi,















                                       







2 komentar:

  1. makasih atas informasi dan pengetahuan kota cirebon pak sangat bermanfaat

    BalasHapus
  2. Slotocash Review: Play Slotocash at Jammy Casino
    Play Slotocash 경상북도 출장마사지 at Jammy Casino - Get 50% up 광주광역 출장안마 to 경산 출장안마 €250 + 50 Free Spins on 화성 출장마사지 Starburst! Play 통영 출장샵 Slots at Jammy Casino with $100 Deposit Bonus!

    BalasHapus